Menyusul Anies Baswedan, Fahri Hamzah dan Fadli Zon Bahas Buku Demokrasi

- 22 November 2020, 20:23 WIB
Fahri Hamzah (kiri) dan Fadli Zon (kanan) yang membahas buku demokrasi.
Fahri Hamzah (kiri) dan Fadli Zon (kanan) yang membahas buku demokrasi. /Pikiran-rakyat.com/Kolase dari Instagram @fahrihamzah dan Twitter @fadlizon

PR BEKASI - Seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengunggah foto dengan gaya membaca buku berjudul "How Democracies Die", Duo-F Fahri Hamzah dan Fadli Zon lantas mencuitkan hal serupa terkait buku demokrasi.

Seperti diketahui bahwa unggahan Anies pada Minggu pagi ini telah membuat beragam persepsi dibenak masyarakat dan tokoh. Salah satunya dugaan adanya hubungan antara buku tersebut dengan keadaan politik saat ini.

Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah dalam akun media sosial Twitter miliknya sempat menyatakan bahwa orang Jakarta telat dalam meributkan hal terkait buku tersebut.

Baca Juga: Kodam Jaya Klarifikasi Perempuan si Penumpang Kendaraan TNI

Dalam pengakuannya ia justru mengatakan telah membahas persoalan tersebut pada awal tahun lalu.

"Orang jakarta lagi ribut ini, Saya dah ribut awal tahun lalu.." katanya disertai emoji tertawa.

Kemudian, Fahri memberi lampiran cuitannya bertanggal 26 Mei tahun 2019.

Dalam lampiran itu, dituliskan ia yang membahas dua penulis buku tersebut, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt yang menuturkan perihal demokrasi yang mati, sebab kudeta militer atau pemilu yang terdapat pemimpin curang.

Baca Juga: Atasi Pengangguran, Komisi X DPR Dorong Pemerintah Serius Tingkatkan Pendidikan Vokasi

"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Dalam buku mereka yang terkenal 'How Democracy Die', mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," tutur Fahri Hamzah dalam lampirannya.

"Orang jakarta telmi," sambungnya.

Serupa dengan FahriHamzah, Politisi parta Gerindra, Fadli Zon dalam akun media sosial Twitter miliknya juga membahas seputar buku demokrasi. Dalam unggahannya, Fadli Zon duduk santai dengan pose membaca yang terlihat blur, tapi fokus pada buku tersebut.

Baca Juga: Terawang Artis Wanita Kebal Hukum, Mbak You: 2021 Masuk Sel karena Sepelekan Orang Punya Power

Berbeda dengan Anies dan Fahri, tampak buku yang dibacanya adalah buku berjudul 'Demokrasi Kita' karya dari mantan Wakil Presiden Indonesia yang pertama, Mohammad Hatta.

Diterangkan dalam keterangan tertulisnya, buku lama tersebut terbit pada 1 Mei 1960. Meski begitu Fadli mengakui bahwa buku itu masih relevan dengan keadaan demokrasi saat ini.

Lebih lanjut diungkap Fadli, bahwa pada buku kecil sekira tiga puluhan halaman itu, Hatta melakukan kritik tajam kepada pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap otoriter saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden RI.

Baca Juga: Bukti Nyata Langgar Prokes, Kemenkes: 80 Orang Positif Covid-19 dari Kerumunan Petamburan

Namun dalam tulisan Fadli lainnya diungkapkan bahwa buku kritik yang diterbitkan Pandji Masjarakat pimpinan Buya Hamka tersebut, di kemudian hari akhirnya dilarang.

"Sy baca ulang buku “Demokrasi Kita” karya Mohammad Hatta yg terbit 1 Mei 1960, 60 thn lalu. Kok masih relevan n keadaannya hampir sama dg skrg. Hatta kritik tajam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yg otoritarian di bwh Presiden Soekarno. Buku kecil ini kemudian dilarang," kata Fadli Zon sebagaiana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @fadlizon, Minggu, 22 November 2020.

"Buku kecil ini diterbitkan oleh Pandji Masjarakat pimpinan Buya Hamka. Majalah Pandji kemudian dibreidel." sambung Fadli Zon pada cuitan lainnya.***

Editor: Ikbal Tawakal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x