Ilmuwan Prediksi Matahari Akan Mati, Permukaannya Melebar hingga Menelan Bumi

13 September 2021, 16:13 WIB
Ilustrasi matahari. /NASA

PR BEKASI – Matahari merupakan sumber kehidupan dan menjadi pusat peredaran di tata surta kita.

Matahari kini diperkirakan sudah berusia 4,6 miliar, yang menjadi banyak pertanyaan dan sedang diteliti yakni berapa lama lagi matahari akan hidup.

Astronom memperkirakan matahari akan hidup selama 10 miliar tahun lagi, hal tersebut berdasarkan pengamatan dari bintang-bintang lainnya.

Baca Juga: Badai Matahari Super Berisiko Sebabkan 'Kiamat Internet', Putuskan Jaringan Selama Berbulan-bulan

Namun selama usia tersebut, banyak hal yang akan terjadi, dalam waktu 5 miliar tahun lagi matahari akan berubah menjadi merah dan ukurannya akan menjadi lebih besar.

Inti matahari akan menyusut, tetapi bagian luarnya akan meluas hingga ke orbit Mars. Hal ini tentunya akan menelan bumi dalam proses.

Namu sebagai catatan apabila bumi masih ada hingga saat itu.

Baca Juga: Matahari Diprediksi Menelan Bumi, Para Astronom Ungkap Peristiwa yang Terjadi Setelahnya

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Science Alert menuliskan, satu hal yang pasti kehidupan manusia saat ini sudah tidak ada lagi.

Umat manusia hanya memiliki waktu 1 miliar tahun lagi kecuali memiliki jalan keluar dari sini.

Penyebabnya adalah Matahari memiliki peningkatan kecerahan sekitar 10 persen per miliar tahun.

Angkat tersebut bukan menjadi yang besar namun memiliki dampak yang signifikan untuk bumi.

Baca Juga: Para Astronom Peringatkan Dampak Badai Matahari: Dapat Padamkan Listrik Global hingga 2 Tahun

Lautan di bumi akan menguap dan permukaan menjadi terlalu panas untuk membentuk air.

Pada sebuah studi di tahun 2018 menemukan matahari akan menyusut menjadi katai putih dan berakhir menjadi planet Nebula. Hal tersebut sudah terjadi pada 90 persen bintang lainnya.

"Saat bintang mati, akan mengeluarkan massa gas dan debu, dikenal sebagai selubung, ke luar angkasa. Itu bisa mencapai setengah massa bintang,” kata astrofisikawan dari Universitas Manchester di Inggris yang juga penulis studi, Albert Zijlstra.

Baca Juga: Hari Tanpa Bayangan, Fenomena Matahari di Posisi Paling Tinggi di Langit Mulai 6 September-21 Oktober 2021

“Ini mengungkapkan inti bintang, yang pada titik ini kehidupan bintang sedang berjalan kehabisan bahan bakar, menjadi padam dan sebelum akhirnya mati," katanya melanjutkan.

Dinamakan planet Nebula bukan karena ada hubungannya dengan planet. Ini pertama kali ditemukan oleh William Herschel pada akhir abad ke-18.

Dirinya mengamati semua mirip dengan planet saat dilihat menggunakan teleskop.

Baca Juga: UFO Diduga Muncul Dekat Matahari dalam 5 Tahun Terakhir, Bukti Kehidupan Alien?

Kemudian, 30 tahun lalu para astronom menemukan Nebula paling terang yang ada di galaksi lain dengan tingkat kecerahan yang hampir sama.

Itu berarti secara teoritis, para astronom bisa menghitung jarak Nebula yang teramati di galaksi lain.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Science Alert

Tags

Terkini

Terpopuler