Tingkatkan Maskulinitas Pelajar Laki-laki, Pemerintah China Perkuat Pendidikan Jasmani di Sekolah

- 4 Februari 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi sepak bola.
Ilustrasi sepak bola. /Xinhuanet.com

 

PR BEKASI - Pemerintah China tengah memerhatikan perkembangan sektor pendidikan di negara mereka.

Dikabarkan bahwa pemerintah China tengah berencana untuk memperkuat pendidikan jasmani di sekolah-sekolah untuk membuat para siswa laki-laki makin maskulin.

Hal tersebut mulai dari memperbarui silabus hingga menambah jumlah tenaga guru pendidikan jasmani.

Dikabarkan bahwa rencana tersebut merupakan respons atas paparan Konferensi Konsultasi Politik Rakyat China.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Harga Pulsa dan Voucher Token Listrik Naik karena Kena Pajak? Begini Faktanya

Dalam paparan tersebut dikatakan bahwa anak-anak China sekarang, terutama laki-laki, cenderung lemah lembut, pemalu, dan feminin dibanding sebelumnya.

Di kalangan warga, rencana itu menjadi bahan perdebatan. Perdebatan berlangsung antara mereka yang mendukung keberagaman serta mereka yang sepaham dengan pemerintah. 

"Sulit membayangkan anak laki-laki yang feminin akan mempertahankan China ketika invasi terjadi," kata seorang warganet Weibo, dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 4 Februari 2021.

Baca Juga: Anggap Abu Janda Dibayar Jokowi Pakai Uang Rakyat adalah Perkara Serius, Begini Kata Refly Harun

Seperti kebanyakan negara di Asia, China memiliki pandangan bias terkait bagaimana sebaiknya anak laki-laki berprilaku.

Dalam tradisinya, anak laki-laki harus maskulin. Namun, karena China menerapkan aturan "Satu Anak", maka kebanyakan anak laki-laki cenderung dimanja oleh orang tuanya.

Perlakuan dimanja itu yang dianggap pemerintah China jadi dalang anak laki-laki sekarang cenderung lemah lembut, pemalu, dan feminin.

Baca Juga: Sering Cemas? Lima Vitamin Ini Akan Bantu Redakan Cemas yang Berlebih

Mereka ingin anak laki-laki China lebih maskulin. Oleh karenanya, mereka mendukung jika keluarga-keluarga China memasukkan anak laki-laki mereka ke "kamp pelatihan" yang menerapkan gaya militeristik.

Seorang guru membantu murid-muridnya belajar tentang tanaman di sebuah taman kanak-kanak di Changsha, Provinsi Hunan, China, 2 September 2020 lalu.

Taman kanak-kanak tersebut menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk menghargai makanan sejak usia dini dan membantu mereka membentuk kebiasaan makan yang baik. Xinhua/Chen Zeguo

Baca Juga: Cek Fakta: Masyarakat Papua Dikabarkan Mengamuk karena Kasus Rasisme Natalius Pigai, Ini Faktanya

Pakar studi gender Li Jun memandang rencana pemerintah Cina itu sebagai bukti bahwa pandangan tradisional soal laki-laki dan perempuan masih bertahan.

Selanjutnya, menurut dia, hal tersebut berlawanan dengan tren keberagaman serta kesetaraan gender yang berlaku sekarang.

"Rencana itu seperti memandang sikap feminin (pada anak laki-laki) sebagai hal yang negatif dan berbahaya sementara sikap maskulin sangat berguna untuk Cina," kata Li.

Baca Juga: PSSI Gegas Panggil Shin Tae-yong dan Staf Kepelatihannya Soal Unggahan di Medsos, Ada Apa?

Warga China, Yang Li, berpikiran senada. Menurutnya, rencana pemerintah China itu akan menyuburkan bully-ing di kalangan siswa laki-laki.

Mereka jadi tak lagi bisa menerima anak laki-laki yang lemah lembut karena standar tradisional yang ditetapkan soal gender.

Mencoba meredam debat yang ada, media pemerintah China seperti Xinhua mencoba mengklarifikasi niat dari penguatan pendidikan jasmini terkait.

Selain itu, mereka juga mengklaim maskulintas dalam pandangan mereka tidak menitikberatkan gender, tetapi kesehatan jasmani dan rohani.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah