Bantah SMK Penyumbang Angka Pengangguran Terbesar, Kemendikbud: Hanya 20 Persen, Sisanya Bekerja

- 13 Agustus 2020, 16:55 WIB
Ilustrasi Pelatihan Guru SMK oleh AHM.
Ilustrasi Pelatihan Guru SMK oleh AHM. /Foto : Humas AHM

PR BEKASI - Ada anggapan yang menyebutkan bahwa bahwa sekolah vokasi merupakan penyumbang terbesar angka pengangguran nasional.

Namun kemudian Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto langsung membantahnya.

Menurut Wikan, saat ini di seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia, kurikulumnya terus diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Baca Juga: Megawati Soekarnoputri: Calon Kepala Daerah Harus Punya Seni Memimpin Birokrasi 

"Setelah saya keliling ke berbagai SMK di Indonesia, setiap tahun kurikulumnya disinkronkan dengan industri. Ternyata hanya 20 persen yang menganggur, sedangkan 80 persennya bekerja, terserap, atau kuliah," kata Wikan saat mengunjungi SMKN 27 Jakarta Pusat seperti dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI pada Kamis, 13 Agustus 2020

Wikan menambahkan bahwa sebuah negara maju diukur dari vokasinya.

"Penting untuk membangun industri dan SDM unggul untuk meningkatkan produktivitas negara," ujar Wikan.

Oleh karena itu, titik tolak pertama untuk memperoleh SDM yang unggul adalah calon peserta didik harus memilih jenjang pendidikan yang tepat sesuai minat.

Baca Juga: Bantuan UMKM Rp2,4 Juta Diluncurkan Bulan Ini, Sri Mulyani: Mungkin Saat atau Sesudah 17 Agustus 

Ia meyakini, ketika seseorang mempelajari sesuatu dalam keadaan senang, orang tersebut akan menjadi peserta didik yang menjalani prosesnya dengan bahagia.

"Jika lebih menyukai analisis silakan masuk ke SMA, jika lebih menyukai keterampilan, silakan pilih SMK," ucap Wikan.

Menurutnya, saat ini industri bahkan hingga membuat kelas khusus di SMK guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

“Seharusnya sekarang lulusan SMK bisa langsung diserap industri, tak hanya yang besar tapi ada juga dari UMKM, Pemda, dan organisasi non-pemerintah (NGO),” katanya.

Baca Juga: Rencana Penyederhanaan Birokrasi Kementerian/Lembaga Ditargetkan Rampung Desember 

Dia menegaskan, lulusan SMK juga jangan sampai hanya menganggur. Lulus SMK jika tak langsung kerja tetap bisa kuliah, jadi lulusan sarjana terapan /D4 dan bisa lanjut S2 terapan.

“Kita sudah MoU dengan universitas di Jerman untuk bisa menyediakan S2 terapan di Jerman," kata Wikan.

Salah satu kelebihan SMK, kata Wikan, adalah dapat menyalurkan minat anak.

Hal bisa membuat anak belajar dengan lebih bahagia dan tanpa keterpaksaan.

"Sepertinya, kita masih harus menyadarkan orang tua siswa SMP se-Indonesia, kalau satu-satunya jalan untuk sukses di Indonesia bukan semata masuk SMA favorit, SMK juga bisa. Apalagi kalau di SMK dia belajar sesuai passion," kata Wikan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x