Kejahatan Siber Diprediksi Meningkat Pada Tahun 2021, Berikut Tips untuk Cegah Peretasan Data

- 8 Januari 2021, 20:47 WIB
Ilustrasi pencurian data yang belakangan marak.
Ilustrasi pencurian data yang belakangan marak. /Portalsurabaya

PR BEKASI - Tahun 2021, ancaman serangan siber ke depannya diprediksi bakal semakin meningkat dan semakin canggih bersamaan dengan tumbuh pesatnya aktivitas online di dunia.

Cara kerja jarak jauh sebagai pengalaman selama pandemi yang dinilai cukup efisien, bakal menjadi tren yang diadopsi banyak perusahaan dan layanan publik ke depan.

Pembelajaran jarak jauh yang sekarang masih menjadi keharusan di tengah pandemi, setidaknya hingga vaksin Covid-19 sebagian besar didistribusikan, lalu budaya belanja online yang semakin akrab dengan konsumen, dan transaksi non-tunai bank dan non-bank yang juga semakin populer, akan menjadi lahan baru bagi peretas untuk mengais keuntungan.

Baca Juga: Kronologi Penembakan 6 Laskar FPI Versi Komnas HAM 

Dari sisi infrastruktur dan industri, adopsi cloud yang semakin tumbuh, kemudian IoT dan 5G yang mengoneksikan banyak perangkat ke dalam sistem cerdas untuk mendukung kegiatan industri dan masyarakat juga semakin membutuhkan keamanan super canggih karena jika jebol dampaknya akan lebih luas dibanding sebelum-sebelumnya.

Platform e-commerce, perbankan, teknologi financial (fintech), telemedisin, smart city, basis data kependudukan, perpajakan, mobil otonom, robot pelayanan, sistem manufaktur, pelayanan publik hingga habit pengguna (masyarakat) dalam berdaring menjadi titik perhatian yang harus diwaspadai para pakar keamanan sistem.

Serangan ransomware yang meminta tebusan uang dari korban, malware, pishing atau tipuan melalui link email, SMS atau laman palsu, yang meningkat mulai paruh kedua 2020, diprediksi bakal meningkat pada 2021. Belum lagi serangan-serangan yang langsung menerobos sistem berbekal keahlian perentas.

Baca Juga: Wajib dan Diatur UU, Airlangga Hartarto Jelaskan Kenapa Vaksinasi Itu Diwajibkan 

Semua pihak sepertinya sepakat bahwa tahun 2021 merupakan momentum bagi semua pengelola sistem, apakah itu sektor pemerintahan maupun swasta, untuk berbenah dan menyiapkan secara sungguh-sungguh sistem yang lebih aman, selain ditambah dengan peningkatan kemampuan dan kesadaran para penggunanya.

Perusahaan-perusahaan harus secara sadar mengedukasi dan menyediakan pelatihan bagi karyawannya tentang bagaimana cara menjaga keamanan ketika membawa pekerjaan ke rumah atau mobile, kemudian memastikan kontrol akses yang ketat untuk jaringan perusahaan, rumah maupun perangkat mobile.

Selalu memperbarui perangkat lunak sistem agar tidak rentan terhadap serangan, selain juga harus meningkatkan deteksi keamanan yang melibatkan ahli keamanan untuk melindungi pekerjaan di cloud, email, workstation/PC, jaringan, dan server.

Baca Juga: Atasi Kemacetan Bekasi, Kementerian PUPR Kebut Pembangunan Underpass Bulak Kapal 

Dari sisi regulasi, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga sudah menyediakan landasan hukum berupa Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yang belakangan akan ditambah lagi dengan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (PDP).

Literasi digital juga terus digalakkan oleh pemerintah Indonesia, terutama oleh Kominfo, meskipun perlu ditekankan juga mengenai soal bagaimana pengguna (masyarakat) menjadi aware terhadap keamanan data pribadi dan bagaimana cara melindunginya.

Kita perlu menyambut gembira dengan rencana Kominfo untuk memberlakukan autentikasi biometrik dalam registrasi kartu SIM (SIM Card) seluler baru demi meningkatkan keamanan dana pengguna, ketimbang hanya data NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan nomor Kartu Keluarga (KK) seperti sekarang.

Baca Juga: Akui Heran Blusukan Risma Jadi Dibuat Ruwet, Tsamara Amany: Pejabat Punya Cara Masing-masing 

Pada layer pengguna, masyarakat juga perlu terus diedukasi tentang pentingnya melindungi data pribadi dan yang lebih penting lagi mereka paham bagaimana langkah-langkah melindungi data pribadi ketiga beraktivitas daring.

Bertaburnya aplikasi Android dan platform lain dengan segala manfaat yang ditawarkan, juga harus disadari itu bisa menjadi pintu masuk kejahatan siber.

Permintaan akses ke beberapa data, jangan dengan mudah diberikan hanya karena ingin eksis di media sosial atau sekadar foto hasil swafoto menawan, misalnya. Sayangnya, masih banyak pengguna yang abai soal hal ini.

Meskipun sepertinya sepele, data pribadi individu yang bocor juga bisa memicu ke peretasan lingkup lebih besar ketika yang bersangkutan menggunakan perangkat yang sama atau username dan kata sandi yang sama untuk pekerjaan di kantornya.

Baca Juga: Positif Covid-19 saat Akan Liburan, Dea Annisa Ungkap Kisahnya Bisa Lewati Masa Penuh Kepanikan 

Dengan keamanan berlapis yang baik pada masing-masing layer, baik pada sisi penyedia infrastruktur telekomunikasi, penyedia layanan turunannya atau over the top (OTP), perusahaan pengguna teknologi hingga pengguna akhir tentu akan membutuhkan banyak waktu bagi penjahat siber untuk bisa mengakses data penting perusahaan maupun individu (pribadi).***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x