Selain Timbulkan Masalah Pernapasan, Covid-19 Juga Berisiko Tingkatkan Penyakit Mental, Ini Sebabnya

12 November 2020, 13:28 WIB
Ilustrasi masalah mental.* /PIXABAY

PR BEKASI – Sebuah penelitian dari Universitas Oxford di Inggris menemukan fakta bahwa selain menyebabkan masalah pada pernapasan, ternyata dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 bisa lebih dari itu.

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa para penyintas atau yang selamat dari COVID-19 berisiko lebih tinggi terkena penyakit mental, seperti kecemasan dan depresi.

Selain itu, Menurut penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Psychiatry pada 9 November 2020 itu, mereka juga lebih mungkin mengembangkan demensia. 

Baca Juga: Update Harga Emas Kamis 12 November 2020 Turun lagi Sebesar Rp2.000 per Gram

Untuk sampai pada temuan ini, para peneliti menganalisis catatan kesehatan elektronik dari 69 juta orang di Amerika Serikat, termasuk lebih dari 62.000 orang yang menderita COVID-19.

DIkutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, mereka menemukan 20 persen mereka yang terinfeksi Covid-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu 90 hari.

"Orang-orang khawatir orang yang pulih dari COVID-19 akan menghadapi risiko lebih besar terkena masalah kesehatan mental, dan temuan kami menunjukkan hal ini mungkin terjadi," kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Universitas Oxford.

Baca Juga: Kecam Aksi Terorisme di Mozambik, Macron Sebut Teroris Coreng Agama Islam sebagai Agama yang Damai

Menurut psikiater Margaret Seide, meskipun temuan ini menambah semakin banyak bukti Covid-19 dapat berdampak pada kesehatan mental serta kesehatan fisik, tetapi tidak diketahui mengapa virus tampaknya meningkatkan risiko penyakit kejiwaan.
 
"Menghadapi kemungkinan tidak selamat dari suatu kondisi sangat menakutkan. Masuk akal jika peristiwa seperti itu akan memicu kondisi kesehatan mental terutama bagi mereka yang mengalami penyakit berat termasuk rawat inap atau periode pernapasan," katanya.

Menurut psikiater Julian Lagoi, faktor isolasi atau karantina perlu menjadi bahan pertimbangan. Dia mengatakan, menjalani karantina dan isolasi bisa sangat merusak kesehatan mental Anda.

Baca Juga: Pemimpin Hizbullah: Kami Gembira dengan Kekalahan Donald Trump

Jika Anda memiliki kasus Covid-19 yang parah, stres dan kekhawatiran tentang kesehatan fisik Anda secara alami akan berdampak pada kesehatan mental Anda.

Studi Universitas Oxford menemukan, orang dengan penyakit mental yang sudah ada sebelumnya 65 persen lebih mungkin didiagnosis dengan Covid-19 daripada mereka yang tidak.

"Ini sangat menarik. Saya menduga ini mungkin karena orang dengan penyakit mental lebih cenderung menunjukkan perilaku berisiko, yang membuat mereka berisiko terkena COVID-19," tutur Julian Lagoi.

Baca Juga: Aksinya Viral karena Bernyanyi Saat Sambut Habib Rizieq, Prajurit TNI AU Ini Ditahan Polisi Militer

Misalnya, jika mereka cenderung tidak diisolasi dan dikarantina karena dapat memperburuk penyakit mental mereka, maka orang-orang ini lebih mungkin berkumpul bersama orang lain dan membuat risiko mereka terkena Covid-19 kemudian lebih tinggi.

Orang yang menderita penyakit mental juga cenderung tidak dapat secara efektif mengelola kondisi kronis seperti diabetes, yang dapat meningkatkan risiko Covid-19.

Disisi lain, mereka yang memiliki riwayat kondisi kejiwaan seperti gangguan bipolar, depresi, dan skizofrenia, juga meningkatkan risiko terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Sindir 'Jakarta Bagus' Versi Arteria Dahlan, Fadli Zon: Mungkin Mereka yang Tinggal di Istana

Seseorang tidak harus terdiagnosis Covid-19 untuk merasakan dampak pandemi pada kesehatan mental.

Pada Agustus lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan 40 persen orang dewasa di Amerika mengalami kondisi kesehatan mental yang merugikan secara signifikan.

Mereka terdiri dari golongan dewasa muda, ras dan etnis minoritas, pekerja esensial, dan pengasuh yang tidak dibayar,***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler