Dorong Pemulihan Ekonomi di Pesisir, Padat Karya Penanaman Mangrove Jadi Solusi di Tengah Pandemi

30 Desember 2020, 20:33 WIB
Program padat karya penanaman Mangrove di lokasi Desa Bangun Rejo, Kecamatan Punduh pidada, Kabupaten Pesawaran, Lampung. /Instagram.com/@ditjen_pdashl

PR BEKASI – Dalam rangka penyelamatan ketahanan nasional, beragam kebijakan serta langkah-langkah strategis telah diambil pemerintah. Salah satunya dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Salah satu program pemulihan tersebut yakni program  padat karya penanaman mangrove ini merupakan salah satu program strategis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di pengujung tahun 2020.

“Manfaat penting dari pemulihan ekonomi nasional, khususnya penanaman mangrove ini. Yang pertama ada pemulihan lingkungan, kedua penyelamatan ekonomi nasional terutama untuk warga yang terdampak covid-19,” kata Hudoyo, selaku Direktur Jenderal PDAS HL yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Instagram @ditjen_pdashl pada Rabu 30 Desember 2020.

Baca Juga: Pertama Kali, DPR Tolak Pengajuan Hak Veto Presiden Donald Trump tentang RUU Pertahanan Nasional 

Melalui program ini, diharapkan akan banyak tenaga kerja yang terserap.

Sementara itu terkait penyaluran upah tenaga kerja dilakukan secara account to account sehingga upah akan diterima langsung oleh masing-masing anggota kelompok pelaksana penanaman mangrove.

Dalam program tersebut, terdapat anggota kelompok tani hutan, anggota kelompok kampung iklim, anggota kelompok hutan, dan anggota kelompok konservasi.

Kelompok masyarakat penanaman mangrove ini, secara aktif dan antusias terlibat dalam kegiatan tersebut.

Baca Juga: Gawat! Israel Lancarkan Serangan Rudal ke Dekat Damaskus, 1 Tentara Suriah Tewas dan 3 Terluka 

Mulai dari pengumpulan bibit, benih mangrove, pembuatan ajir hingga pembuatan pelindung dari tanaman tersebut yang dikerjakan oleh masyarakat sendiri.

Penanaman mangrove di sini pun mengikuti standar yang telah ditetapkan dalam rencana padat karya penanaman mangrove.

Dengan rencana padat karya tersebut terdapat empat pola penanaman, yakni pola intensif, rumpun berjarak, pengkayaan, dan Silvofishery dengan memperhatikan kondisi lapangan.

“Kami dan kawan-kawan di luar petani tambak sendiri, merasa dipekerjakan sehingga ada penghasilan lain di luar pekerjaan yang pokok,” kata Jamidi, anggota kelompok Tani Bakau Jaya II yang ada di Kabupaten Indramayu.

Baca Juga: Apresiasi Pembubaran FPI, Gus Falah: Ormas yang Bersifat Premanisme Pantas Dilarang

“Buat jajan anak, buat beli beras, sayuran, dan minyak goreng” ujar Tewi, salah seorang anggota lain Kelompok Tani Bakau Jaya II.

KLHK pun menargetkan penanaman yang mencapai 15.000 hektare.

Namun, secara aktual, realisasi dari penanaman tersebut berhasil mencapai 17.704 hektare.

Program tersebut berhasil menyerap tenaga kerja yang mencapai 39.970 orang baik itu pria maupun wanita, yang tergabung di dalam 1.014 kelompok masyarakat.

Baca Juga: Antisipasi Kerumunan di Malam Pergantian Tahun, Kota Bandung Lakukan Penutupan dan Penyekatan Jalan

Kelompok masyarakat ini merupakan kelompok masyarakat binaan dari KLHK yang terdiri dari kelompok tani hutan, kelompok kampong  iklim, kelompok perhutanan sosial, kelompok kemitraan konservasi, dan kelompok tani hutan yang tinggal di kawasan pesisir.

Dengan kondisi sekarang, memang merupakan waktu yang tepat bagi alam untuk bersitirahat sejenak dan menjadi momentum untuk memperbaiki dan merawat alam tersebut.

Kebaikan yang akan ditanam sekarang adalah kebaikan yang akan dituai di masa depan bagi anak cucu yang menjadi pewaris bumi ini. Jaga mangrove untuk bumi kita.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler