Dolar AS Melonjak Usai Trump Tetapkan Virus Corona sebagai Darurat Nasional

16 Maret 2020, 09:07 WIB
NILAI dolar merangkak naik di tengah ekonomi buruk Amerika Serikat.* /ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Dolar Amerika Serikat (AS) melonjak pada akhir perdagangan Sabtu pagi lalu waktu Indonesia dan menekan mata uang di sejumlah negara.

Hal itu membukukan kenaikan tajam terhadap safe-haven yen Jepang karena pasar saham pulih secara global.

Para investor juga mendukung upaya pemerintah dan pembuat kebijakan dalam mengatasi dampak ekonomi dari wabah virus corona atau COVID-19.

Sejak April 2013, dolar mencatat kenaikan persentase harian terbesar terhadap yen.

Baca Juga: SIM Keliling Bekasi Hari Ini, Senin 16 Maret 2020 Tetap Diadakan Meski Ada Imbauan Tak Berkerumun 

Sementara, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan darurat nasional AS atas virus corona yang menyebar dengan cepat pada Jumat 13 Maret 2020, mata uang AS juga diuntungkan.

Status darurat nasional virus corona yang diumumkan oleh Trump juga membuka pintu bagi lebih banyak bantuan federal untuk memerangi penyakit tersebut.

Pada Kamis 12 Maret 2020, Greenback juga memperpanjang kenaikan terhadap beberapa mata uang setelah terjadi ledakan dalam swap spread (perbedaan antara nilai tukar dan imbal hasil obligasi pemerintah yang sesuai dengan jangka waktu yang sama. red), mengisyaratkan bahwa investor menginginkan dolar.

Tetapi para pelaku pasar mengatakan tanda-tanda tekanan pendanaan dolar masih bertahan dan para pembuat kebijakan mungkin perlu berbuat lebih banyak.

Baca Juga: Purwakarta Diguncang Gempa Pagi Ini, BMKG Klaim Tidak Berpotensi Tsunami 

"Kekhawatiran mendasar tentang dampak ekonomi dari virus corona di pasar kredit tetap luas.

"Mungkin tergoda untuk mencari tanda-tanda rendahnya saham-saham global, tetapi dengan masalah virus corona, masih belum terkendali, kami pikir itu terlalu dini pada saat ini," kata Shaun Osborne, Kepala Strategi Valas, di Scotiabank di Toronto sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters.

Dia mencatat bahwa biaya penghimpunan dana dolar AS di pasar cross currency swap euro telah melebar lagi pada Jumat 13 Maret 2020, setelah sebelumnya menyempit selama satu hari di tengah pengumuman Federal Reserve (Fed) untuk menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam sistem perbankan.

Spread yang lebih luas di pasar cross currency swap menunjukkan peningkatan tanda-tanda kekurangan dolar AS bagi perusahaan-perusahaan yang mencari dana.

Baca Juga: Pandemi Corona, Wayne Rooney Menilai Pemain Sepak Bola Inggris Diperlakukan Seperti Babi 

Dalam perdagangan, dolar melonjak 3,2 persen terhadap yen menjadi 108,03 yen.

Wells Fargo mengatakan telah meningkatkan perkiraan untuk yen terhadap dolar karena risiko gejolak keuangan tetap, mengatakan bahwa greenback akan turun di bawah 100 yen.

“Pemotongan suku bunga dan tindakan kebijakan lainnya dari bank-bank sentral global tidak banyak membantu mengatasi kepanikan pasar. Itu mungkin karena fakta bahwa pembuat kebijakan fiskal pada umumnya lambat untuk bertindak," kata Wells Fargo dalam sebuah catatan penelitian.

Dolar juga menguat terhadap safe haven lainnya, franc Swiss, naik 0,6 persen menjadi 0,9496 franc.

Baca Juga: Waspadai Virus Corona, Makam Gus Dur Tertutup untuk Peziarah 

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar naik satu persen menjadi 98,467.

Sementara itu, Euro mengalami kerugian meskipun ada upaya pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa untuk meyakinkan pasar.

Aset-aset Eropa dijual pada Kamis 12 Maret 2020, setelah investor tidak terkesan oleh langkah-langkah stimulus bank-bank sentral.

Euro terakhir melemah 0,7 persen pada 1,1108 dolar per euro.

Pada Kamis 12 Maret 2020, ECB mengumumkan akan memberikan pinjaman kepada bank dengan suku bunga serendah minus 0,75 persen, dan meningkatkan pembelian obligasi.

Baca Juga: Tersiar Kabar Tiga Warga Sumatra Barat Terjangkit Virus Corona, Cek Faktanya 

Pound Inggris juga jatuh 2,2 persen terhadap dolar menjadi 1,2290 dolar.

Sementara rupiah sempat mengalami pelemahan di akhir pekan dalam penutupan perdagangan di level Rp 14.815 sebelum ditutup pada level Rp 14.752.

Rebound greenback minggu ini mencerminkan perannya sebagai mata uang paling likuid di dunia, yang dicari para investor di saat-saat tertekan.

Pekan depan, The Fed akan bertemu, dan banyak analis sekarang memperkirakan bank sentral akan memotong target suku bunganya lagi, sangat mungkin menjadi nol, dan memberikan pasar panduan baru tentang bagaimana ia berencana memerangi kejatuhan ekonomi dari virus corona.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler