Peran Tiongkok yang semakin kuat dalam perekonomian Indonesia membuat beberapa pengamat percaya bahwa Indonesia semakin bergantung pada Negeri Tirai Bambu tersebut.
Baca Juga: PM Denmark Menangis di Hadapan Peternak, Ternyata Kebijakan Pemusnahan Jutaan Cerpelai Ilegal
Implikasi ekonomi
Perlu digarisbawahi bahwa nilai utang Indonesia kepada Tiongkok telah mencapai besaran yang cukup mengkhawatirkan, yaitu 17,75 miliar dolar AS atau setara Rp249 triun pada 2019 atau meningkat 11 persen dibandingkan pada 2017.
Jumlah utang tersebut diperkirakan akan semakin menggelembung seiring dengan masuknya proyek-proyek BRI yang sudah ditandatangani.
Hal ini membuat banyak ahli khawatir karena akan meningkatkan risiko Indonesia gagal bayar, seperti yang terjadi pada Sri Lanka.
Proyek-proyek pembangunan infrastruktur lain yang didanai oleh Tiongkok di Sri Lanka, kini terjebak dalam utang dengan besaran yang fantastis yakni 8 miliar dolar atau setara Rp112 triliun.
Baca Juga: Anda Sering Bawa Ponsel ke Kamar Mandi? Waspadai Bahaya Wasir yang Bisa Berdampak Serius
Karena utang yang demikian besar itu, pemerintah Sri Lanka terpaksa menyerahkan sebagian besar saham pelabuhan tersebut kepada Tiongkok. Pada akhirnya, Tiongkok sekarang memegang 70 persen saham di Pelabuhan Hambantota, Sri Lanka.
Pengalaman Sri Lanka ini memunculkan spekulasi bahwa Tiongkok sengaja merencanakan “diplomasi perangkap utang” melalui pembebanan kredit yang berlebihan dengan dugaan berniat untuk mengeksploitasi ekonomi dari negara pengutang.
Editor: M Bayu Pratama
Sumber: The Conversation