PR BEKASI – Kurs atau nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal pekan dikabarkan melemah.
Seiring turunnya imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan terhadap dolar AS hari ini, karena sentiment resesi dan Federal Reserve (Fed)
Rupiah hari ini bergerak melemah dua poin atai 0,02 persen ke posisi Rp14.945 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.934 per dolar AS.
"Yield obligasi AS terlihat menurun drastis, yang artinya banyak pelaku pasar membeli obligasi AS beberapa hari belakangan ini," kata Ariston.
"Hal itu dilakukan untuk mengamankan nilai aset mereka," lanjut Ariston dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari antara, saat dihubungi di Jakarta, Senin 04 Juli 2022.
Menurut Ariston Tjendra, isu resesi menjadi penyebab beralihnya investasi pelaku pasar keuangan ke obligasi AS.
Baca Juga: Soal Pengganti Tjahjo Kumolo untuk Menteri PAN-RB, Djarot: Belum, Kita Masih Dalam Suasana Berduka
Menurutnya juga harga aset berisiko termasuk rupiah pun berpotensi dalam tekanan.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sudah bergerak di bawah 3 persen yakni di kisaran 2,88 persen.
Sedangkan menurut analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Revandra Aritama mengatakan bahwa kenaikan inflasi Indonesia yang mengimbas tekanan pada rupiah.
Baca Juga: Harry Styles Batalkan Konser di Kopenhagen usai Adanya Insiden Penembakan: Saya Hancur
"Rupiah mengalami tekanan imbas kenaikan inflasi Indonesia," kata Revandra saat dihubungi di Jakarta pada hari Jumat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,61 persen secara bulanan (mom) pada Juni 2022.
Atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) daro 110,42 pada Mei menjadi 111,09.
Penyumbang inflasi pada Juni utamanya berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras.
Adapun inflasi secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 4,35 persen atau menjadi inflasi yang tertinggi sejak Juni 2017 dengan inflasi 4,37 persen(yoy).***