Malaysia Lakukan Studi Efektivitas Vaksin Sinovac, Pfizer, dan AstraZeneca: Ada Perbedaan Demografi Penerima

- 25 September 2021, 19:21 WIB
Ilustrasi. Malaysia melakukan studi efektivitas vaksin Covid=19 Sinovac, Pfizer, san AstraZeneca dan sebut ada perbedaan demografi penerima.
Ilustrasi. Malaysia melakukan studi efektivitas vaksin Covid=19 Sinovac, Pfizer, san AstraZeneca dan sebut ada perbedaan demografi penerima. /Pixabay/Gerd Altmann

 

PR BEKASI - Efektivitas vaksin Covid-19 masih diteliti oleh sejumlah ilmuwan di dunia.

Para ilmuwan melakukan studi untuk memberikan informasi terbaru terkait vaksin Covid-19 saat ini.

Negara yang tmelakukan studi vaksin Covid-19 salah satunya yakni Malaysia.

Studi di Malaysia mengungkap hasil studi efektivitas ketiga vaksin Covid-19 yaitu Sinovac, Pfizer/BioNTech ,dan AstraZeneca dalam melawan Covid-19.

Baca Juga: Viral! Anak Anjing Diculik Monyet Selama 3 Hari di Malaysia

Hasil studi tersebut mengungkapkan bahwa ketiga vaksin Covid-19 bisa memberi perlindungan dalam melawan Covid-19.

Dalam studi tersebut, vaksin Covid-19 buatan Sinovac sangat efektif melawan penyakit serius akibat covid-19.

Namun, vaksin Covid-19 buatan Pfizer/BioNTech dan Astrazeneca memberi perlindungan yang lebih baik terhadap gempuran Covid-19.

Sebelumnya, vaksin Covid-19 buatan Sinovac disorot karena banyaknya tenaga kesehatan di Indonesia dan Thailand yang terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Perbatasan Malaysia dan Singapura Ditutup Selama Pandemi Covid-19, Pembukaan Segera Didiskusikan

Padalah para tenaga kesehatan tersebut sudah mendapat vaksin Covid-19 secara penuh dari Sinovac.

Sementara itu, studi yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia menemukan bahwa 0.011 persen dari 7.2 juta penerima suntikan Sinovac memerlukan perawatan di unit perawatan intensif atau ICU akibat infeksi Covid-19.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh pejabat kesehatan di Malaysia.

Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan penerima vaksin Covid-19 Pfizer yang hanya 0.002 persen dari sekitar 6.5 juta penerimanya yang harus dirawat di ICU.

Sedangkan penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca hanya 0.001 persen dari 744.958 orang yang yang harus dirawat di ICU.

Baca Juga: Zizi Kirana D'Academy Asia 2 Resmi Menikah dengan Aktor Malaysia

Direktur di Institute for Clinical Research, Kalaiarasu Peariasamy yang melakukan penelitian bersama dengan gugus tugas Covid-19 nasional Malaysia, mengatakan vaksinasi Covid-19 apapun mereknya, telah mengurangi risiko penderita masuk ke ICU sebesar 83 persen.

Tak hanya itu, risiko kematian juga turun sebesar 88 persen berdasarkan penelitian yang melibatkan sekitar 1.26 juta orang.

Tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga rendah yaitu 0,01 persen, dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta.

"Ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin dengan hasil yang berbeda," kata Kalaiarasu Peariasamy, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 25 September 2021.

Diketahui bahwa banyak penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah usia pertengahan hingga dewasa.

Baca Juga: Drawing Piala AFF 2021: Timnas Indonesia Bertemu Lagi Vietnam dan Malaysia, Shin Tae-yong: Ini Sangat Menarik

Sedangkan penerima vaksin Covid-19 Pfizer serta Sinovac banyak untuk populasi yang rentan.

Penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca juga menyumbang proporsi penelitian yang jauh lebih kecil dengan melibatkan 14.5 juta individu yang sudah divaksinasi Covid-19 secara lengkap sejak 1 April lalu.

Pada bulan Juli, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Covid-19 Sinovac setelah persediaannya berakhir.

Alasannya yakni karena Malaysia sudah memiliki cukup banyak vaksin lain.

Selain Indonesia, vaksin Sinovac digunakan di sejumlah negara yaitu China, Thailand, dan Brasil untuk melawan covid-19

Perusahaan ini mengatakan bahwa hingga saat ini telah memasok sekira 1.8 miliar dosis di dalam dan luar negeri.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah