Hati-hati, Hasil Studi Brasil Sebut Orang yang Abai Pakai Masker Terindikasi Sosiopat

5 Oktober 2020, 21:43 WIB
Pelanggar protokol kesehatan diberi sanksi fisik membersihkan makam. Ke depan sanksi ditingkatkan membersihkan sungai. /Dok. humas pemprov jateng/

PR BEKASI - Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Brasil menemukan bahwa orang yang mengabaikan protokol kesehatan Covid-19 menunjukkan adanya sifat dengan tingkat kebencian, penipuan, dan berani mengambil risiko yang lebih tinggi, yang disamakan dengan ciri-ciri sosiopat.

Orang yang menolak memakai masker atau mengabaikan tindakan menjaga jarak aman di tengah pandemi Covid-19 juga dianggap lebih mungkin menjadi sosiopat.

Sosiopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial (ASPD), yakni orang yang tidak dapat memahami perasaan orang lain.

Ini adalah ciri-ciri yang diyakini Profesor Fabiano Koich Miguel dan rekan-rekannya di Universidade Estadual de Londrina terkait dengan aturan penggunaan masker yang seringkali diabaikan oleh orang-orang.

Baca Juga: Gara-gara Makan Kepiting Panggang, Wanita Tewas dalam Hitungan Jam 

"Mereka sering melanggar aturan atau membuat keputusan impulsif tanpa merasa bersalah atas kerugian yang mereka timbulkan," kata Profesor Fabiano Koich Miguel, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mirror, Senin, 5 Oktober 2020.

Temuan tersebut berasal dari survei terhadap sekitar 1.578 orang dewasa di Brasil yang ditanyai tentang kepatuhan mereka terhadap protokol kesehatan Covid-19.

Pertanyaan yang diajukan kepada peserta survei adalah 'Apakah menurut Anda perlu menggunakan masker, menjaga jarak sosial, dan sering mencuci tangan?'.

Dari hasil survei tersebut peserta dibagi menjadi dua kategori, yaitu kelompok empati dan kelompok antisosial.

Baca Juga: Pemerintah Tetap Paksakan Pilkada Serentak, 3 Calon Kepala Daerah Regang Nyawa Karena Covid-19 

Kelompok empati terdiri dari 1.200 orang, semuanya menunjukkan pemahaman tentang langkah-langkah yang ada dan cenderung tertarik untuk mengembangkan interaksi sosial yang positif dengan orang lain.

Sedangkan sisa 378 orang lainnya yang ditempatkan di kelompok antisosial, menunjukkan tanda-tanda sebaliknya dari kelompok empati.

Para peneliti mengatakan bahwa orang-orang dalam kelompok antisosial ini memiliki lebih banyak risiko sosial kepada orang lain, karena kurangnya perhatian mereka dalam membantu mengurangi lonjakan kasus positif akibat Covid-19.

Mereka juga lebih cenderung mencari cara agar interaksi mereka dengan orang lain dapat menguntungkan mereka secara pribadi

Baca Juga: Ahmad Syaikhu Resmi Jadi Presiden PKS Periode 2020 – 2025 

Mereka lebih cenderung merasa terpisah secara sosial dan sering kali terlibat dalam perilaku bermusuhan.

Kelompok ini juga dianggap kurang patuh dan cenderung mengabaikan kewajiban memakai masker di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Bahkan, orang-orang antisosial ini akan terus mengabaikan aturan menggunakan masker meski angka kematian karena Covid-19 terus meningkat.

Namun, Profesor Miguel juga mengatakan bahwa temuan ini harus lebih dikaji dengan hati-hati lagi.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Disahkan DPR, Airlangga Hartarto: ke Depannya, Akan Membawa Manfaat Besar 

"Kami tidak dapat menyatakan bahwa jika seseorang memilih untuk tidak memakai masker, satu-satunya alasan adalah karena mereka adalah seorang sosiopat. Meskipun ini mungkin, ada kemungkinan faktor lain yang terlibat," kata Profesor Miguel.

Misalnya beberapa orang tidak memakai masker karena alasan kesehatan dan disabilitas yang mungkin memiliki pengecualian tersendiri.

Selain itu, para ahli di Polandia juga mengatakan bahwa mereka menemukan penemuan serupa dengan studi Brasil.

Mereka menemukan bahwa orang-orang dengan ciri kepribadian psikopat dan narsistik lebih cenderung mengabaikan pembatasan Covid-19, seperti aturan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sosial, dan tetap tinggal di rumah pada saat puncak pandemi.

Mereka juga dianggap lebih cenderung menimbun lebih banyak hal penting seperti tisu toilet, karena sikap mereka yang tamak, kompetitif, dan merasa jauh lebih berhak dibandingkan orang lain di sekitar mereka.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler