Studi: Jumlah Sperma dan Ukuran Mr.P ‘Menyusut’ karena Pencemaran Lingkungan, Mungkin 'Habis' di 2045

- 21 Maret 2021, 21:43 WIB
Ilustarsi (kiri) pencemaran lingkungan dapat mempengaruhi (kanan) sistem repdoduksi manusia.
Ilustarsi (kiri) pencemaran lingkungan dapat mempengaruhi (kanan) sistem repdoduksi manusia. /Pixabay

PR BEKASI – Pencemaran lingkungan cepat atau lambat dapat merusak kehidupan di Bumi.

Tak terkecuali kita sebagai umat Manusia, penelitian lebih lanjut tentang dampak pencemaran lingkungan ternyata dapat mempengaruhi sistem reproduksi manusia.

Dengan kata lain jika pencemaran lingkungan terus dibiarkan hal ini dikabarkan dapat menghentikan manusia untuk memiliki keturunan.

Klaim tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahli Epidemiologi Lingkungan dan Reproduksi di Icahn School of Medicine di New York, Dr Shanna Swan dalam Jurnal berjudul “Temporal trends in sperm count: a systematic review and meta-regression analysis”.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Akui Baru Pertama Kali Makan Tempe, Netizen 'Seret' Nama Nia Ramadhani dan Nagita Slavina

Baca Juga: Hasil Piala Menpora: Arema Selamat, Barito Putera Lakukan Comeback Sensasional dari PSIS Semarang

Baca Juga: Jokowi Pernah Berapi-api Serukan 'Stop Impor Beras', Sherly Annavita: Jangan Sampai Petani Kita Mengelus Dada 

Dalam jurnalnya, ia menjelaskan bahwa pencemaran lingkungan telah berdampak buruk pada sistem reproduksi manusia.

Lebih lanjut dalam buku terbarunya berjudul Count Down, Dr Swan mengungkapkan bahwa akibat kerusakan kimiawi yang kita timbulkan ke Bumi, tidak hanya menurunkan tingkat kesuburan tetapi juga menyusutkan alat kelamin pria.

Dalam penelitiannya, Dr Swan menemukan bahwa polusi telah mengganggu keseimbangan hormon manusia dan dalam beberapa kasus, bahkan menghancurkannya sama sekali.

Faktanya bahan kimia yang bertanggung jawab mengganggu keseimbangan hormon bisa ditemukan di barang sehari-hari seperti wadah plastik, produk pembersih, elektronik bahkan produk perawatan tubuh seperti sampo dan perawatan kulit.

Lebih lanjut, Dr Swan juga memperingatkan kita terhadap PFA yang ditemukan di banyak barang ciptaan manusia.

Baca Juga: Serangan Artileri Suriah Hantam Rumah Sakit di Tengah Gencatan Senjata, 5 Warga Sipil Tewas 

Pasalnya kandungan PFA tidak akan pernah rusak dan terus menumpuk di tubuh seseorang dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Mengenai sistem reproduksi kita, Dr Swan menemukan bahwa jumlah rata-rata sperma telah turun 60% sejak 1973 atau rata-rata turun 1,25% per tahun.

Jika alur ini terus berlanjut, tingkat sperma bisa menjadi tidak ada pada tahun 2045.

Selain itu, polusi dalam bentuk asam Perfluorooctanoic (PFOA) dan bahan kimia lainnya juga telah ditemukan mengubah fisiologi manusia karena ukuran penis pria ditemukan menyusut termasuk volume testis.

Polusi juga mempengaruhi wanita dengan tingkat kesuburan mereka juga turun secara signifikan.

Baca Juga: Kerap Dijadikan Tempat Transaksi Prostitusi Online, Kominfo Minta MiChat Lakukan Take Down 

“Di beberapa bagian dunia, rata-rata wanita berusia dua puluhan saat ini kurang subur dibandingkan neneknya yang berusia 35 tahun,” kata Dr Swan seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari World of Buzz pada Minggu, 21 Maret 2021.

Lebih jauh, hasrat seksual perempuan juga terpengaruh karena polusi memengaruhi kadar phtalate perempuan yang pada gilirannya memengaruhi kepuasan seksual mereka.

Dr Swan kemudian mengutip penelitian di China yang menemukan bahwa pekerja dengan tingkat bisphenol A yang lebih tinggi, umumnya dikenal sebagai BPA, dalam darah mereka lebih cenderung mengalami masalah seksual, termasuk penurunan hasrat.

Dr Swan kemudian mendorong undang-undang yang lebih ketat terhadap pencemaran lingkungan untuk mengurangi dampaknya terhadap kelangsungan umat manusia.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: World of Buzz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x