Menegangkan! Perwira Tinggi AS Peringatkan Kemungkinan Nyata Perang Nuklir dengan China-Rusia

5 Februari 2021, 16:40 WIB
Ilustrasi bom nuklir. /Pexels/Pixabay

 

PR BEKASI - Laksamana yang mengepalai Komando Strategis AS, yang bertanggung jawab atas pencegahan nuklir, meminta para pemimpin militer dan sipil negara untuk mencari cara baru untuk menghadapi ancaman oleh Rusia dan China, termasuk dari kemungkinan nyata terjadi konflik nuklir.

Laksamana Charles Richard memperingatkan bahwa Moskow dan Beijing telah memulai secara agresif menentang norma-norma internasional, dengan cara-cara yang tidak terlihat sejak puncak Perang Dingin.

“Ada kemungkinan nyata bahwa krisis regional dengan Rusia atau China, dapat meningkat dengan cepat menjadi konflik yang melibatkan senjata nuklir, jika mereka menganggap kerugian konvensional akan mengancam rezim atau negara," katanya, dalam Prosiding edisi Februari, Angkatan Laut AS.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Video Dukungan Semua Fraksi DPR ke Moeldoko untuk Kudeta AHY dari Demokrat, Ini Faktanya

Dia menambahkan, sebagai akibatnya adalah militer AS harus mengubah asumsi utamanya, dari 'tidak mungkin penggunaan nuklir' menjadi 'penggunaan nuklir adalah kemungkinan yang sangat nyata'.

Selain itu juga bertindak untuk memenuhi dan menghalangi terjadinya kenyataan itu.

"Kami tidak dapat mendekati pencegahan nuklir dengan cara yang sama. Itu harus disesuaikan dan dikembangkan untuk lingkungan dinamis yang kita hadapi," katanya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari New York Post pada Jumat, 5 Februari 2021.

Baca Juga: Sebut Jokowi Takut dengan Perkembangan Reputasi Anies Baswedan, Ini Kata Rocky Gerung Soal Pilpres 2024

Dikatakannya bahwa di Komando Strategis AS menilai kemungkinan dari penggunaan nuklir rendah, tetapi bukannya tidak mungkin terjadi.

Terutama dalam krisis, dan karena musuh juga bersenjata nuklir maka mereka terus membangun kemampuan dan mengerahkan diri secara global.

Dalam penilaiannya yang blak-blakan tentang lanskap geopolitik, Richard juga mengatakan kalau AS harus bergumul dengan hubungan antara persaingan, pencegahan, dan penjaminan.

Baca Juga: Hanya 2 Hari Terpapar Covid-19, Tina Toon Tidak Kaget: Aku Putuskan Tetap Isolasi Mandiri 14 Hari

“Kita harus memikirkan kembali bagaimana kita menilai risiko strategis dan bagaimana penilaian tersebut menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan kita," ucapnya.

Menyusul kesimpulan dari Komando Strategis AS, bahwa krisis atau konflik dengan musuh bersenjata nuklir dapat menyebabkan penggunaan nuklir.

Badan tersebut memulai proses penilaian 'Risiko Kegagalan Pencegahan Strategis' yang direvisi, untuk lebih menginformasikan pemikiran mereka sendiri.

Baca Juga: Jokowi Disebut Dukung Moeldoko Kudeta Demokrat, Tsamara Amany: Saya Tak Yakin Presiden Beri Restu

Richard mengatakan Departemen Pertahanan harus mengubah cara memprioritaskan pengadaan kemampuan di masa depan.

"Catatan kami dalam hal ini tidak luar biasa, kami harus memastikan bahwa semua kapabilitas kami dipetakan ke strategi yang menyeluruh," katanya.

Perwira Angkatan Laut itu menambahkan bahwa, AS harus harus mengakui sifat dasar dari kekuatan nuklir strategis negara, karena mereka menciptakan 'ruang manuver' untuk memproyeksikan kekuatan militer konvensional secara strategis.

Baca Juga: Dikabarkan Bisa Sebabkan Kematian, Peneliti Membantah: Tak Pernah Ada Orang Meninggal karena Vaksin

Dia mengungkapkan kekhawatirannya pada lonjakan serangan siber dan ancaman di luar angkasa oleh Rusia dan China, juga investasi mereka dalam senjata canggih, termasuk nuklir.

“Tak heran, mereka malah memanfaatkan pandemi global untuk memajukan agenda nasionalnya. Perilaku ini membuat tidak stabil, dan jika dibiarkan, meningkatkan risiko krisis atau konflik kekuatan besar," katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler