Terinspirasi dari Warga Myanmar, Massa Pendukung Demokrasi Thailand Kembali Gelar Unjuk Rasa

11 Februari 2021, 09:20 WIB
Massa pendukung demokrasi di Thailand kembali gelar unjuk rasa setelah vakum akibat pandemi Covid-19. /Reuters

 

PR BEKASI - Warga Thailand pendukung demokrasi kembali turun ke jalan untuk menggelar aksi unjuk rasa.

Diketahui bahwa aksi tersebut sempat terjadi sebelumnya, tetapi vakum akibat pandemi Covid-19.

Hal tersebut dikabarkan lantaran terinspirasi dari warga Myanmar yang menentang kudeta junta militer.

Sementara itu, unjuk rasa menentang kudeta di Myanmar yang berlangsung sejak akhir pekan.

Baca Juga: Barcelona Kalah dari Sevilla di Semifinal Pertama Copa Del Rey, Ronald Koeman: Ada Harapan Di Leg Kedua

Keberanian warga Myanmar tersebut memantik semangat mereka untuk melanjutkan unjuk rasa.

“Jika hari ini Myanmar, tetangga kita, bisa mengalahkan kudeta ini, maka kita juga akan menang," kata salah satu pemimpin aksi, Panupong Jadnok, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia pada Kamis, 11 Februari 2021.

"Tapi jika mereka tidak bisa mengatasi maka kita jangan putus asa,” katanya, melanjutkan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Ajak ASN Belanja Lewat 'Borondong' Demi Bangkitkan UMKM Indonesia

Para pemimpin aksi menyatakan unjuk rasa hari ini menandakan dimulainya kembali demonstrasi jalanan tahun lalu.

Aksi ini sempat terganggu oleh gelombang kedua infeksi Covid-19 yang telah membuat kasus positif Covid-19 di Thailand meningkat lima kali lipat sejak pertengahan Desember 2020 lalu.

Unjuk rasa ini sekaligus menuntut pembebasan empat aktivis yang dipenjara sehari sebelumnya karena menghina raja Thailand. 

Baca Juga: Aisha Weddings Layani 'Pernikahan Anak di Bawah Umur', Alisha Wahid: Ini Memang Persoalan Besar

"Hari ini adalah pertemuan pertama, pembukaan pertama dan pertempuran setelah sistem yang tidak adil memenjarakan teman-teman kami," kata Panupong.

Dikabarkan bahwa ada sekira 1.000 pengunjuk rasa berkumpul saat malam tiba, beberapa memegang tanda yang bertuliskan "bebaskan teman kami" dan "hapus 112".

Hal itu mengacu pada pasal hukum pidana Thailand yang mengatur penghinaan kerajaan.

Baca Juga: Investigasi Asal-usul Covid-19 di China Kabarnya Gagal, WHO 'Frustasi' Usai Temui Jalan Buntu

Sementara itu, demonstran lainnya memukul panci logam bertuliskan nomor 112.

Sebelumnya, lebih dari 40 anggota parlemen oposisi Thailand mengajukan proposal untuk merevisi pasal tersebut.

Sama halnya dengan Myanmar, Thailand juga tengah menjadi sorotan sejumlah warga di dunia akibat konflik internal tersebut.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler