Akibat Temui Pendeta Tersangka Pedofilia, Xanana Gusmao Dikecam Sejumlah Pihak di Timor Leste

19 Februari 2021, 10:38 WIB
Mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao. * /Instagram.com/@kayralaxananagusmao

PR BEKASI - Mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, tengah menjadi sorotan publik.

Dikabarkan bahwa ia pun menjadi sasaran kritik dari sejumlah pihak terkait dugaan yang ditujukan pada dirinya.

Sebelumnya, pendeta Katolik asal Amerika Serikat (AS), Richard Daschbach dilaporkan terjerat kasus kejahatan pedofilia.

Baca Juga: Keluhkan Distribusi Vaksin Covid-19, Emmanuel Macron Imbau AS dan Uni Eropa Suplai 5 Persen Vaksin ke Afrika

Nama Xanana Gusmao juga ikut terseret dalam kasus tersebut lantaran ia diduga berupaya memutihkan kejahatan pedofilia.

Pada 26 Januari 2021, ia dikabarkan menemui pendeta yang tengah terjerat kasus pedofilia tersebut.

Pertemuan itu terjadi tepat ketika Daschbach merayakan ulang tahunnya yang ke-84.

Baca Juga: Soroti Wacana Hukuman Mati Koruptor Bansos, Febri Diansyah: Biar terlihat Tegas?

Jika tak ada halangan, rencananya Daschbach akan disidangkan atas kasus pedofilia pada Senin depan, 22 Februari 2021 mendatang.

Namun, hingga saat ini, ia adalah tahanan rumah di Dili usai ditetapkan sebagai tersangka untuk kasus pelecehan seksual terhadap 14 anak-anak.

Tak hanya itu, ia juga menjadi tersangka atas kepemilikan materi pornografi anak-anak, dan kekerasan domestik.

Baca Juga: Kesal Terhadap Teman Serumah yang Bising, Seorang Pria di Inggris Pilih Dipenjara Selama Lockdown Covid-19

Dugaan dukungan Gusmao diperkuat video yang beredar di Timor Leste.

Gusmao tertangkap kamera memeluk dan menyuapkan kue kepada tersangka pelecahan seksual pertama di Timor Leste itu.

Sebagi informasi, Daschbach memang dikenal flamboyan dan dekat dengan berbagai figur politik.

Baca Juga: Tersebar Rencana KAMI Minta Jokowi Mundur, Ferdinand Hutahaean: Mereka Pikir Mereka Siapa?

Ia ditugaskan ke Timor Leste pada tahun 1967, ia awalnya adalah anggota kelompok Katolik yang berbasis di Chicago, Divine Word.

Divine Word tersebut diketahui memiliki sekira 6000 misionari di 70 negara.

Pada ahun 1980an, Daschbach mendirikan panti asuhan dan tempat penampungan yang ia namai Topu Honis.

Baca Juga: Bukan Gimmick, Adik Ayus Bongkar Bukti-bukti Perselingkuhan sang Kakak dengan Nissa Sabyan

Panti itu ia dirikan di Oecusse, kawasan terpencil di Timor Leste saat masih menjadi bagian dari Indonesia.

Panti tersebut ia jalankan selama puluhan tahun di mana kemudian mengangkat namanya pada krisis kemerdekaan 1999 silam karena menampung ratusan anak.

Namun, pada tahun 2018, citranya jatuh. Seorang perempuan yang pernah menempati pantinya mengirim pesan melalui email ke Vatikan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi di Jakarta Minus, Anies Baswedan Sebut karena Interaksi Berkurang

Perempuan tersebut menyampaikan pengakuannya sebagai korban pelecehan seksual.

Ketika Daschbach dimintai keterangan, ia mengaku sebagai pedofilia dan telah melakukan pelecehan seksual terhadap banyak anak perempuan yang ia tampung.

Atas kasus tersebut, status pendeta Daschbach dicabut oleh Paus Fransiskus.

Baca Juga: Pastikan Seluruh Warga Bisa Divaksin, WHO Imbau Negara Anggota Sumbangkan Vaksin Covid-19 via COVAX

"Ia mengakuinya secara terang-terangan dan menganggap semua itu baik-baik saja karena sudah menjadi kebiasaannya," kata Tony Hamilton, dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera pada Jumat, 19 Februari 2021.

Diketahui bahwa Tony Hamilton adalah satu penyandang dana Topu Honis.

Menurut sejumlah pengamat, kedekatan Gusmao dan Daschbach bisa menjadi masalah.

Baca Juga: Tiga 3 Universitas Muhammadiyah Sabet Posisi Teratas Peringkat Kampus Islam Terbaik Dunia

Sebab, hal itu akan memberi kesan, entah benar atau tidak, bahwa ia mendukung Daschbach. 

Secara tidak langsung, Gusmao juga bisa dikatakan mendukung pelecehan seksual terhadap anak-anak atau pedofilia.

"Dan kemudian akan berujung pada anggapan bahwa baik-baik saja untuk melecehkan perempuan ataupun anak-anak," kata peneliti dari lembaga think tank La'o Hamutuk, Berta Antonieta.

Baca Juga: Buntut Pemblokiran Outlet Media di Australia, Facebook Dikecam Komunitas Internasional

"Timor Leste telah menjadi korban pelecehan berkali-kali di masa lalu. Pemimpin manapun seharusnya sadar soal itu jika benar-benar mencintai negeri ini," kata Antonieta.

Seorang psikiater di Dili, yang menangani korban-korban pelecehan seksual, juga mengecam aksi Gusmao.

Walau ia enggan diungkapkan namanya, psikiater itu menganggap Gusmao telah mengirim pesan yang salah.

Baca Juga: Gibran Disebut Cocok Gantikan Anies, Christ Wamea: Dipimpin Bapaknya Saja Amburadul, Apalagi Anaknya

Namun, Gusmao masih dikenal sebagai figur yang berpengaruh di Timor Leste.

Sementara itu, Virgilio Guterres dari Dewan Pers Timor Leste ikut mengkritik para wartawan yang meliput kunjungan Gusmao ke tempat Daschbach.

Menurutnya, seharus jurnalis bertindak kritis, bukan mentah mentah melaporkan pertemuan itu berdasarkan siaran pers yang disiapkan tim Xanana Gusmao.

Baca Juga: Soroti Masalah Kesejahteraan TNI, Jazuli Juwaini Ajak Menkeu dan Bappenas Cari Solusi

"Pesan yang bisa ditangkap publik adalah Daschbach sudah berbuat banyak untuk Timor Leste sehingga ia pantas diampuni dibanding dihukum," kata Guterres.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler