Militer AS: Kemungkinan Perang Nuklir dengan Rusia dan China Sangat Nyata

30 Mei 2021, 09:55 WIB
Seorang Militer Angkatan Laut AS mengatakan perang nuklir dengan Rusia atau China sekarang merupakan kemungkinan yang sangat nyata. /War On The Rocks /

PR BEKASI – Seorang militer Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengatakan perang nuklir dengan Rusia atau China sekarang merupakan kemungkinan yang sangat nyata.

Laksamana Charles Richard memperingatkan negara-negara tersebut telah menantang norma-norma internasional dan perdamaian global dengan cara yang tidak pernah terlihat sejak puncak Perang Dingin.

Kepala Komando Strategis AS tersebut menerbitkan analisisnya yang mengkhawatirkan di tengah spekulasi anggaran militer negara itu akan dipotong.

Menteri pertahanan baru AS, Lloyd Austin telah memerintahkan pembersihan tersangka loyalis Donald Trump dari Pentagon.

Baca Juga: BREAKING NEWS: 'Serangan Pertama' Joe Biden, Militer AS Balas Dendam ke Milisi Pro-Iran di Suriah 

Laksamana Richard, yang bertanggung jawab atas kemampuan serangan nuklir dan pertahanan rudal, mengklaim AS terlalu fokus pada kontra-terorisme selama dua dekade terakhir.

Menulis di jurnal Prosiding US Naval Institute, dia mengatakan telah terbiasa mengabaikan dimensi nuklir"ketika menilai ancaman terhadap keamanan.

Dia menambahkan Rusia dan China telah menantang norma-norma internasional dan perdamaian global dengan cara yang tidak pernah terlihat sejak puncak Perang Dingin.

Bahkan dalam beberapa kasus, hal tersebut dilakukan dengan cara yang tidak terlihat selama Perang Dingin.

Baca Juga: Militer AS: Penerbangan Pesawat China di Laut Natuna Utara Tidak Timbulkan Ancaman

"Ada kemungkinan nyata bahwa krisis regional dengan Rusia atau China dapat meningkat dengan cepat menjadi konflik yang melibatkan senjata nuklir," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Star, Minggu, 30 Mei 2021.

"Perang nuklir akan terjadi jika mereka menganggap kerugian konvensional akan mengancam rezim atau negara," sambungnya.

Untuk menghindari kemungkinan buruk tersebut, Laksamana Richard mengatakan AS harus mengalihkan asumsi utamanya dari penggunaan nuklir tidak mungkin menjadi penggunaan nuklir adalah kemungkinan yang sangat nyata.

Selain itu, dirinya juga meminta militer AS untuk bertindak memenuhi dan menghalangi kenyataan itu.

Baca Juga: Resmi Jadi Presiden, Joe Biden Perbolehkan Transgender Bergabung ke Militer AS

"Sejak runtuhnya Uni Soviet, Departemen Pertahanan tidak harus mempertimbangkan kemungkinan persaingan kekuatan besar, krisis, atau konflik bersenjata langsung dengan rekan berkemampuan nuklir," katanya.

"Sayangnya, lingkungan saat ini tidak lagi memberi kita kemewahan itu," sambungnya.

Laksamana Richard memperingatkan, bahwa Rusia saat ini telah mampu memperbaiki kemampuan nuklirnya dengan program modernisasi yang sekarang sekitar 70 persen selesai.

Senjata nuklir terbaru milik Rusia termasuk pembom baru, rudal balistik antarbenua, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam, kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir.

Baca Juga: Hari Pelantikan Joe Biden, Washington DC Disebut Bagaikan Kota Mati dan Kamp Militer AS 

Selain itu, mereka juga memiliki sistem peringatan dan kemampuan komando dan kontrol selain kendaraan luncur hipersonik dan torpedo bersenjata nuklir.

China juga berada di lintasan untuk menjadi rekan strategis AS dan berinvestasi secara signifikan dalam sistem rudal hipersonik dan konvensional canggih.

Rudal tersebut dapat melakukan pembom jarak jauh berkemampuan nuklir dan dalam persediaan senjata nuklir yang diharapkan berlipat ganda jika tidak tiga kali lipat atau empat kali lipat selama dekade berikutnya.

Dia menulis bahwa Rusia dan China telah menunjukkan kepercayaan mereka dengan mengancam tetangga, melecehkan pasukan AS di wilayah netral, dan memperluas konflik ke arena baru, seperti serangan dunia maya dan ancaman di luar angkasa.

Baca Juga: Bukan ke Warganya, Vaksinasi Covid-19 Pertama di Korea Selatan Ditujukan untuk Militer AS  

Bukan tidak mungkin di masa mendatang tiga negara tersebut akan terlibat dalam perang nuklir yang sangat berbahaya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Daily Star

Tags

Terkini

Terpopuler