Presiden Guinea Alpha Conde Jadi Tahanan Militer, Mamadi Doumbouya: Tugas Tentara adalah Menyelamatkan Negara

6 September 2021, 16:14 WIB
Presiden Guinea Alpha Conde dalam tahanan militer, duduk di sebuah sofa yang tak diketahui lokasinya. /tangkapan layar/AP NEWS

PR BEKASI - Tentara militer pemberontak di negara Afrika Barat Guinea menahan Presiden Alpha Conde pada Minggu, 5 September 2021.

Setelah berjam-jam baku tembak terdengar di dekat istana presiden di ibu kota, siaran televisi mengumumkan bahwa pemerintah telah dibubarkan dalam kudeta.

Perbatasan negara ditutup dan konstitusinya dinyatakan tidak sah dalam pengumuman yang dibacakan di televisi negara oleh Kolonel Angkatan Darat Mamadi Doumbouya.

Baca Juga: Fakta Guinea Dikudeta Militer: Korupsi, Kemiskinan, dan Jabatan Presiden 3 Periode Jadi Penyebab Utama

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari AP NEWS pada Senin, 6 September 2021, berikut pernyataan Doumbouya.

"Tugas seorang tentara adalah menyelamatkan negara," katanya dalam siaran itu.

"Kami tak akan lagi mempercayai politik kepada satu orang. Kami akan percayakan pada rakyat," ujar Doumbouya yang mengenakan bendera Guinea dengan diapit tentara lainnya.

Baca Juga: Kudeta di Guinea Memanas, Presiden Alpha Conde Digulingkan saat Jabat 3 Periode

Tak diketahui seberapa besar dukungan yang dimiliki Doumbouya dalam militer.

Jika tentara lain yang jumlahnya lebih banyak dan setia kepada presiden yang lebih dari satu dekade, kemungkinan akan ada usaha untuk merebut lagi kendali tersebut.

Militer Junta mengumumkan rencana penggantian Gubernur Guinea dengan komandan regional dalam sebuah acara.

Baca Juga: Baru Terlepas dari Wabah Ebola, Guinea Dilanda Wabah Virus Baru Mematikan Selain Covid-19

"Setiap penolakan untuk tampil akan dianggap pemberontakan (terhadap para pemimpin militer baru)," katanya.

Blok regional Afrika Barat atau ECOWAS 'mengutuk' setiap pengambilalihan pemerintah dengan kekuatan senjata.

Departemen Luar Negeri AS memperingatkan terhadap kekerasan dan mendesak pihak berwenang di Guinea untuk menghindari tindakan ekstra konstitusional.

Hal itu dianggap hanya akan mengikis prospek Guinea untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran.

Baca Juga: Taliban Taklukan Istana Presiden Afghanistan, Profesor Monash Australia Bandingkan Kudeta pada Masa Orde Baru

Juru bicara Ned Price menyatakan bahwa tindakan dapat membatasi kemampuan Amerika Serikat dan mitra internasional Guinea lainnya untuk mendukung negara tersebut.

Keberadaan Conde tak diketahui setelah terjadi pertempuran sengit pada Minggu, 5 September kemarin di pusat kota Conakry.

Meskipun tak tahu dimana, namun beredar sebuah video yang menunjukkan pemimpin berusia 83 tahun tersebut sedang duduk dalam tahanan militer.

"Semua akan baik-baik saja. Ketika saatnya tiba, kami akan mengeluarkan pernyataan," kata pihak Junta.

Baca Juga: Kudeta Myanmar Belum Usai, PBB Laporkan 100 Ribu Warga Myanmar Mengungsi

Alpha Conde telah berkuasa selama lebih dari satu dekade. Namun, elektabilitasnya kian anjlok sejak masa jabatan kegita tahun lalu dengan mengatakan bahwa batas masa jabatan tak berlaku untuknya.

Doumbouya yang pernah menjadi komandan unit pasukan khusus tentara meminta agar tentara lain tegak berada di pihak rakyat.

Kolonel angkatan darat itu mengatakan ia bertindak demi kepentingan bangsa, dengan alasan kurangnya kemajuan ekonomi oleh para pemimpin sejak kemerdekaan pada 1958.

Baca Juga: Para Selebritas Myanmar Ditahan, Dianggap Sebagai Penentang Kudeta

"Jika kalian melihat keadaan jalan, rumah sakit, kalian akan sadar setelah 72 tahun, inilah saatnya kita bangun. Kita harus bangkit!" Ujar Doumbouya.

Pada Minggu pagi kemarin, tembakan senjata berat terdengar di area istana kepresidenan dan berlangsung hingga berjam-jam.

Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa serangan itu telah dihalau oleh pasukan keamanan, namun hal itu tak dapat diyakini lantaran tak ada tanda-tanda kemunculan Conde di media atau siaran pemerintah.

Baca Juga: Salim Said Sebut SBY yang Pertama Kali Kudeta Demokrat, AHY: Hanya Dagelan dan Tidak Masuk Akal

Kemenangan pemilu 2010 atas Conde harusnya menjadi awal baru bagi negara yang telah terperosok oleh pemerintahan yang korup, otoriter, dan politik yang kacau selama beberapa dekade.

Conde berkali-kali terancam dalam upaya pembunuhan dalam setahun pertamanya setelah pemilihan tersebut terjadi yang menyebabkan salah satu pengawalnya tewas.

"Presiden Alpha Conde layak digulingkan. Dia keras kepala mencoba mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga saat dia tak punya hak itu," kata malick Diallo, seorang penjaga toko Guinea di pinggiran kota Dakar.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler