Prihatin dengan Pelecehan Ribuan Anak di Gereja Katolik Prancis, Paus Fransikus: Saatnya untuk Malu

7 Oktober 2021, 11:41 WIB
Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus mengaku prihatin dan malu atas laporan yang mengungkapkan 330.000 korban pelecehan anak oleh para pastor Gereja Katolik Prancis. /Tiziana Fabi/Pool via REUTERS

 

PR BEKASI – Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus mengaku prihatin tentang laporan terbaru dari komisi independen yang mengungkapkan 330.000 korban pelecehan anak oleh para pastor Gereja Katolik Prancis.

Paus Fransiskus secara terbuka menyampaikan kesimpulan yang mengerikan dari laporan tersebut pada Rabu, 6 September 2021 di Vatikan.

Sebelumnya, hasil investigasi selama dua tahun yang dipimpin oleh komisi independen menyimpulkan hampir 330.000 anak menjadi korban pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis antara tahun 1950 hingga 2020.

Menurut laporan setebal 2.500 halaman itu, 80 persen korban adalah anak laki-laki berusia antara sepuluh dan 13 tahun, namun banyak anak perempuan juga mengalami pelecehan, tidak hanya oleh para pastor, tetapi juga oleh para biarawati.

Baca Juga: Paus Fransiskus Kirim 15.000 Es Krim untuk Tahanan di Italia Seiring Hadapi Musim Panas

Hal tersebut dikatakan oleh ketua komisi independen, Jean-Marc Sauvé pada konferensi pers pada Selasa, 5 Oktober 2021.

“Sampai awal 2000-an, Gereja Katolik menunjukkan ketidakpedulian yang mendalam dan bahkan kejam terhadap para korban,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Kamis, 7 Oktober 2021.

Sauvé mengatakan para korban tidak dipercaya atau tidak didengar ketika mereka tidak dicurigai sebagian bertanggung jawab.

Gaslighting dilaporkan merupakan bagian dari sistematis menutupi pelecehan anak oleh Gereja Katolik Prancis selama 70 tahun seperti yang dilaporkan oleh komisi independen.

Selama ceramah mingguannya, Paus Fransiskus mengungkapkan kepada para korban kesedihan dan rasa sakitnya atas trauma yang mereka derita.

Baca Juga: Paus Fransiskus Doakan Pengungsi Afghanistan, Umat Katolik Diminta Berpuasa Sebagai Bentuk Solidaritas

Tak sampai di situ, pemimpin Gereja Katolik juga mengaku malu atas perlakuan pelecehan yang terjadi tersebut.

“Rasa malu saya, rasa malu kami, rasa malu saya, atas ketidakmampuan Gereja terlalu lama untuk menempatkan mereka di pusat perhatiannya,” katanya.

“Saya berdoa dan kami semua berdoa bersama bagimu Tuhan kemuliaan, bagi kami rasa malu. Inilah saatnya untuk malu," tambahnya.

Di Prancis, presiden Konferensi Waligereja Prancis, yang turut meminta laporan tersebut, mengungkapkan rasa malu dan ngeri”atas temuan tersebut.

“Keinginan saya hari ini adalah untuk meminta pengampunan dari Anda masing-masing,” kata Uskup Agung Eric de Moulins-Beaufort.

Baca Juga: Paus Fransiskus Soroti Krisis di Myanmar, Minta Pemimpin Militer Segera Buka Koridor Kemanusiaan

"Tidak ada yang mengharapkan jumlah korban yang begitu tinggi untuk keluar dari survei dan itu benar-benar menakutkan dan tidak proporsional dengan persepsi yang kami miliki di lapangan,” tambahnya.

Olivier Savignac, kepala asosiasi korban Parler et Revivre (Speak Out and Live Again) mengatakan Gereja Katolik tidak bisa lagi melihat ke arah lain.

“Kita bisa melihat bagaimana sistemiknya dengan perkiraan jumlah 216.000 korban kecil,” katanya.

“Ini adalah gempa bumi, angin topan, tsunami ketika Anda melihat angka-angka ini, sangat memberatkan sehingga tidak ada yang bisa tinggal dalam penyangkalan, baik Gereja Katolik atau masyarakat secara keseluruhan,” tambahnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler