Para Ahli Ungkap Penyebab Banjir di Malaysia, Cuaca Tak Dapat Diprediksi Akibat Emisi Karbon yang Tinggi

21 Desember 2021, 17:12 WIB
Para ahli ungkap penyebab banjir di malaysia, salah satunya adalah cuaca yang tak dapat diprediksi akibat emisi karbon yang tinggi. /Instagram/@malaysiakini

 

PR BEKASI - Malaysia diterjang banjir hingga menewaskan beberapa warga negaranya.

Peristiwa banjir di Malaysia mendapat sorotan dari pakar lingkungan Malaysia.

Menurutnya, banjir tersebut terjadi akibat hujan deras di banyak negara bagian Semenanjung Malaysia selama akhir pekan.

Seiring mengungkap kenyataan pola cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Baca Juga: 21.000 Orang Terdampak Banjir Malaysia, Berhasil Dievakuasi oleh Layanan Darurat

Sementara, ahli lingkungan, Renard Siew mengatakan bahwa banjir yang melanda beberapa negara bagian, termasuk Selangor, Negeri Sembilan, dan Kelantan.

Serta Pahang, Melaka, dan Terengganu Jumat lalu dan Sabtu adalah contoh nyata dari peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi akibat emisi karbon yang tinggi.

Siew yang merupakan penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik (Cent-GPS), sebuah firma penelitian ilmu perilaku dan sosial yang berbasis di Malaysia.

“Ketika kita memompa karbon dioksida ke atmosfer, apa yang cenderung yang terjadi adalah ini menciptakan efek perembesan global.

Baca Juga: Objek Diduga Puing MH370 Ditemukan di Hutan Kamboja, Misteri Hilangnya Malaysia Airlines Segera Terungkap?

Di mana gas rumah kaca memerangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer kita mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan,” kata Siew.

“Ketika Anda memiliki efek akumulasi, dampak jangka panjangnya adalah Anda mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir,” ucapnya menambahkan.

Siew mengatakan bahwa monsun timur laut, yang terjadi di Malaysia antara November dan Maret, biasanya berdampak pada pantai timur semenanjung.

Namun, dia mencatat bahwa banjir tahun ini juga melanda wilayah di tengah semenanjung serta pantai barat.

Baca Juga: Remaja Malaysia Terkena Serangan Jantung Usai Sambangi Wahana Rumah Hantu

“Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim,” kata Siew seperti dilansir dari Channel News Asia.

“Pemerintah (Malaysia) telah mengatakan bahwa banjir adalah peristiwa sekali dalam seratus tahun.

Tapi sejujurnya, selama bertahun-tahun kami telah melihat begitu banyak peristiwa cuaca ekstrem ini terjadi di China, Jerman, dan New York,” tutur dia melanjutkan.

Sentimen ini diamini oleh dosen lingkungan hidup Universiti Putra Malaysia Haliza Abdul Rahman yang mencatat bahwa akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian banjir.

Baca Juga: Kasus Pertama Covid-19 Omicron Terdeteksi di Malaysia

Dia mencatat bagaimana pada bulan Agustus, banjir bandang tiba-tiba di kaki Gunung Jerai di Yan, Kedah merenggut enam nyawa.

Dia menambahkan bahwa Pada bulan Juli dan Agustus, curah hujan yang berlebihan tercatat di negara lain, di antaranya adalah provinsi Henan di China, Jerman dan Turki menyebabkan banjir besar dan tanah longsor, menelan ratusan nyawa dan kerusakan parah pada properti.

“Perubahan iklim membawa perubahan ekstrim dalam pola cuaca, suhu dan curah hujan,” kata Assoc Prof Haliza, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Selain Perubahan Iklim, Para Ahli Ungkapkan Penyebab Banjir Bandang di Malaysia".

Baca Juga: Politikus Malaysia Usul Vaksin Buatan Dalam Negerinya dengan Nama ‘Bossku’ atau ‘Pekan’

“Menurut saya, perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan tingginya curah hujan selama Jumat dan Sabtu, yang mengakibatkan situasi banjir.

Banjir telah disebut peristiwa sekali dalam seratus tahun. Tapi mungkin, lebih banyak insiden seperti itu akan berulang di tahun-tahun mendatang," ujarnya lagi.

Dalam konferensi pers pada Minggu, Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia (KASA) Dr Zaini Ujang mengatakan bahwa hujan deras yang dimulai pada Jumat dan berlangsung lebih dari 24 jam, setara dengan curah hujan rata-rata selama sebulan dan merupakan “ peristiwa cuaca sekali dalam seratus tahun”.

"Curah hujan tahunan di Kuala Lumpur adalah 2.400mm dan ini berarti curah hujan kemarin telah melebihi rata-rata curah hujan selama sebulan, itu di luar perkiraan kami dan hanya terjadi sekali dalam seratus tahun," katanya.

Baca Juga: Partai Islam Se-Malaysia Minta Pemerintah Sensor Semua Konten LGBT dan Sensual di Netflix

Dia juga menekankan bahwa penyebab langsung dari peristiwa itu adalah faktor aliran monsun dan sistem cuaca tekanan rendah yang mencapai tingkat depresi tropis yang terbentuk di Laut Cina Selatan.*** (Muhamad Gilang Priyatna/Pikiran Rakyat)

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler