Harga Minyak Jatuh, OPEC+ Perkirakan Permintaan Minyak Dunia Tahun 2020

22 Agustus 2020, 20:24 WIB
ILUSTRASI minyak dunia*/REUTERS /

PR BEKASI – Dampak Pandemi COVID-19 masih dirasakan di bidang ekonomi di dunia, salah satunya terlihat signfikan pada sektor minyak dunia.

Per Sabtu, 22 Agustus 2020, harga minyak mengalami pernurunan dari data perdagangan minyak dunia.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 55 sen atau 1,2 persen menjadi ditutup pada 44,35 dolar AS per barel.

Baca Juga: Pangeran Saudi: Bebaskan Palestina dulu, Baru Normalisasi Hubungan dengan Israel

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober berkurang 86 sen atau 1,1 persen tetap di 42,34 dolah AS per barel.

Untuk minggu ini, harga minyak Brent turun sekira 1 persen, sementara minyak WTI mengalami kenaikan mingguan hampir sepersen.

Kondisi ini juga akibat hambatan dari pandemi Covid-19 dan kekhawatiran mengenai meningkatnya pasokan minyak mentah.

Baca Juga: Hanguskan Lebih dari 700 Ribu Hektar Lahan, Kebakaran Hutan California Masuk yang Terburuk di Dunia

Pemulihan ekonomi zona Euro dari rekor penurunan terdalam terhenti bulan ini, karena permintaan terpendam yang dilepaskan saat pelonggaran penguncian pada Juli menyusut.

Namun, survei menunjukkan sebaliknya, data dari sebuah survei perumahan dan manufaktur AS lebih baik dari yang diperkirakan.

Data minyak diseluruh negara di dunia juga mengalami penurunan.

Baca Juga: Gratiskan Tiket Masuk Ke Alas Kedaton Bali, Catat Syarat dan Waktunya

Menurut data, di India impor minyak mentah turun pada Juli ke level terendah sejak Maret 2020.

Sementara menurut Depatemen Perhubungan AS , para pengendara AS berkendara 13 persen lebih sedikit pada Juni dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Di Libya, perusahaan minyak nasional menyatakan dapat memulai kembali ekspor minyak setelah pemerintah negara Afrika Utara. Yang diakui secara Internasional di Tripoli mengumumkan gencatan senjata. Hal tersebut semakin menekan harga minyak.

Baca Juga: Masuk Deretan Artis yang Tersandung Kasus Narkoba, Simak Fakta-fakta Tentang Anton J-Rocks

John Kilduff, Mitra di Again Capital LLC di New York menyatakan bahwa demikian merupakan pasar yang mampu meyerap barel tambahan.

"Meskipun saya senang mereka mencapai kesepakatan damai, itu bermaslaah untuk situasi pasokan global dan itu adalah bagian besar dari aksi jual hari ini," ujarnya, seperti dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Sabtu 22, Agustus 2020.

Barel tersebut akan menambah produk dari OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia.

Baca Juga: Virus Corona Bangkit Kembali di Korea Selatan, Netflix Hentikan Sementara Film Produksi Korsel

Kelompok tersebut telah difukuskan untuk memastikan anggota yang telah memproduksi berlebihan yang telah bertentangan dengan komitmen mereka.

Laporan internal, seperti dikutip dari Reuters, menunjukkan kelompok tersebut menginginkan kelebihan pasokan antara Mei dan Juli dikompensasi dengan pemotongan bulan ini dan bulan berikutnya.

Laporan tersebut juga menunjukkan OPEC+ memperkirakan permintaan minyak pada 2020 turun 9,1 juta barel per hari, dan sebanyak 11,2 juta barel per hari jika virus corona mengalami peningkatan.

Baca Juga: Terus Didesak Donald Trump, TikTok Akan Ambil Jalur Hukum

Menurut informasi dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co., minggu ini meningkat untuk pertama kalinya sejak Maret, jumlah rig minyak dan gas alam AS, indikasi pasokan dimasa depan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler