Bersitegang dengan Yunani, Erdogan 'Ngadu' ke Donald Trump Bahas Mediterania Timur

27 Agustus 2020, 20:39 WIB
Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di acara pertemuan pemimpin negara anggota NATO pada 4 Desember 2019. /Reuters/

PR BEKASI – Turki berhasil menemukan cadangan gas alam terbesar sepanjang sejarah di Laut Hitam. Negara ini menemukan 320 miliar meter kubik cadangan gas alam dan dapat mulai beroperasi pada 2023.

Penemuan tersebut akan mengubah ketergantungan Turki pada Rusia, Iran, dan Azerbaijan untuk impor energi apabila gas dapat diekstraksi secara komersial.

Penemuan cadangan gas alam terbesar itu memancing negara tetangga Turki, yakni Yunani menilai bahwa hal itu merupakan langkah ilegal, namun Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan bahwa itu adalah hak bangsa Turki.

Baca Juga: Jangan Lewatkan Puasa Tasua dan Asyura 28 dan 29 Agustus 2020, Simak Sejarah Singkatnya

Pada Rabu, 26 Agustus 2020, Erdogan melakukan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terkait masalah bilateral dan regional termasuk Mediterania Timur.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Direktorat Komunikasi Turki menyatakan Erdogan mengingatkan Trump bahwa Turki bukanlah pihak yang menciptakan ketidakstabilan di Mediterania Timur.

Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Turki untuk mengurangi ketegangan dengan menjalin dialog tentang masalah tersebut.

Baca Juga: Pencairan BLT Rp600 Ribu Sudah Dimulai, Jokowi: Kita Harapkan Ekonomi Kita Kembali Normal

Ketegangan Turki dan Yunani meningkat sejak Ankara mengirim kapal survey Oruc Reis ke perairan Mediterania Timur yang menyebabkan persengketaan, namun Turki mengklaim bahwa mereka berhak untuk melakukan ini.

Yunani sangat tidak setuju atas klaim sumber daya hidrokarbon di daerah tersebut dan Turki dinilai melawan batas-batas, sedangkan tuduhan sebaliknya juga dilancarkan Ankara kepada Athena yang telah mengusik wilayah maritime.

Yunani dan Turki sudah mengalami konflik cukup lama, mulai dari hak mineral di Laut Aegea, kesepakatan Turki dan Libya mengenai batas maritim, sampai pengeboran Turki di Mediterania Timur.

Baca Juga: Jelang Piala Dunia U-20, Inpres dan Keppres Susunan Kepanitiaan Terbit Minggu Ini

Pejabat Turki menyatakan bahwa dialog merupakan langkah adil yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah dan menguntungkan semua pihak.

Turki juga menilai Athena melakukan pelanggaran karena mencari dukungan Uni Eropa (UE) untuk memblokir eksplorasi energi yang sedang dilakukan.

Jerman yang saat ini memegang jabatan sebagai presiden UE mengirimkan Menteri Luar Negeri, Heiko Mass, untuk berbicara dengan Athena dan Ankara dalam rangka mencegah konflik yang lebih serius.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler