Peneliti Ingatkan Bahaya Pandemi Baru Mungkin Muncul dari Indonesia, Musang Luwak Jadi Penyebabnya

11 September 2020, 12:20 WIB
Musang LuMusang luwak yang dikurung dalam kandang sempit. /PETA/

PR BEKASI – Sebuah investigasi rahasia terbaru dari PETA Asia, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, memperingatkan para turis mengenai kopi tertentu yang diduga bisa memicu pandemi berikutnya.

Salah satunya adalah kopi yang berasal dari kotoran musang luwak. Kotoran luwak yang dapat diolah menjadi biji kopi tersebut dikenal sebagai "Kopi Luwak" yang dapat ditemukan di kafe-kafe, perkebunan kopi hingga diolaj menjadi minuman kemasan.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs resmi PETA, wisatawan dari berbagai negara (termasuk Amerika Serikat) yang tidak waspada, bisa saja menikmati kopi luwak di salah satu tempat yang disebutkan di atas.

Baca Juga: Pemkot Bekasi Masih Akan Terapkan ATHB Masyarakat Produktif Aman COVID-19

Para wisatawan ditipu untuk membeli kopi dan melihat musang luwak yang biasanya berada dalam situasi menyendiri untuk menyembunyikan perlakuan kejam terhadap hewan-hewan tersebut.

Namun sekarang, para wisatawan dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi pada musang luwak yang dieksploitasi untuk mengonsumsi kopi tersebut.

Salah satunya yang dilakukan penyidik PETA Asia yang mengunjungi peternakan musang luwak di Bali, Indonesia dan menemukan setiap hewan berada dalam kondisi menyedihkan.

Baca Juga: Cek Fakta: Qori Asal Papua Dikabarkan Jadi Pemilik Suara dan Napas Tertinggi di Dunia

Mereka juga pergi ke pasar hewan yang terdapat musang luwak yang sakit berpotensi dijual dan melihat secara langsung betapa mudahnya mereka menyebarkan penyakit mematikan kepada binatang lain, termasuk manusia.

"Kopi Luwak" berasal dari kotoran musang luwak yang ditangkap dari habitat aslinya. Ketika hewan tersebut berusia 6 bulan, diduga musang luwak diberi makan dengan sejumlah besar buah kopi yang nantinya akan menghasilkan kotoran biji kopi yang siap dipanen.

Kopi Luwak pun diketahui diekspor ke seluruh dunia, meskipun, setelah wabah SARS di Tiongkok, para peneliti menemukan bahwa SARS virus corona juga dapat berpindah dari musang ke manusia.

Baca Juga: Cek Fakta: Politisi PDIP Arteria Dahlan Disebut Keturunan Petinggi PKI di Sumatra Barat

Para ilmuwan juga telah mengidentifikasi musang sebagai "inang perantara" untuk Covid-191 yang berpotensi membuat virus itu bermutasi dan berpindah dari kelelawar ke manusia.

Di luar kegunannya dalam industri kopi luwak, Musang yang "cukup beruntung" untuk bertahan hidup, kadang-kadang bisa dijual ke pasar hewan.

Baca Juga: Raih 3 Emas, Bekasi Raih Posisi Lima Besar di MTQ Jawa Barat ke-36

Diyakini, musang bisa menjadi asal novel virus corona, menempatkan mereka untuk melakukan kontak langsung dengan manusia.

Hal tersebut dapat memberikan kesempatan sempurna untuk SARS atau virus lainnya bermutasi dan berpindah dari satu inang ke inang yang lain.

Selain risiko infeksi yang terjadi pada peternakan musang luwak, para peneliti menemukan kekejaman yang merajalela di setiap peternakan yang mereka kunjungi.

Baca Juga: Raih 3 Emas, Bekasi Raih Posisi Lima Besar di MTQ Jawa Barat ke-36

Termasuk memelihara musang luwak yang terkurung dalam kandang yang tandus dan kotor dengan berbagai kotoran serta buah kopi yang membusuk serta sering kali ditutupi oleh jaring laba-laba.

Pada siang hari, binatang nokturnal ini lebih suka istirahat di atas pohon tersembunyi. Namun, di peternakan mereka ditempatkan di kerangkeng luar rumah di bawah cahaya matahari langsung.

Musang luwak juga tidak bisa tidur di tempat yang gelap dan sunyi sehingga menambah kesengsaraan dan kesehatan yang buruk. Beberapa dari mereka terus-menerus terengah-engah dalam kepanasan.

Baca Juga: 2030 Seluruh Armada Bus TransJakarta Siap Gunakan Bus Listrik

Banyak dari mereka yang memiliki luka dan tampaknya tidak menerima perawatan dari dokter hewan.

Musang luwak juga menunjukkan perilaku yang tidak normal seperti menggigit ekor mereka sendiri dan mondar-mandir secara berulang-ulang. Hal ini diduga karena tekanan psikologis yang parah.

Penyidik bahkan melihat seekor musang yang tampaknya buta, tetapi masih digunakan untuk menghasilkan kopi luwak.

Baca Juga: Tampil Secara Khusus di KBS News 9, BTS Ceritakan Kesuksesannya Raih Posisi Pertama Billboard

Meskipun kopi luwak sering diiklankan sebagai kopi "yang bersumber dari alam liar", namun seorang petani memberi tahu kepada penyidik PETA bahwa hampir mustahil untuk memproduksi kopi secara eksklusif dari sumber alam liar.

Seorang produsen kopi juga diduga dengan sengaja memberi label kopi yang salah pada hewan tawanan tersebut.

Dia mengakui bahwa mereka mengumpulkan sejumlah kecil kotoran yang dihasilkan oleh musang yang berkeliaran bebas dan mencampurnya dengan kotoran dari musang dalam sangkar sehingga mereka dapat mengklaim bahwa kopi mereka bersumber dari alam liar.

Baca Juga: Dilarang Donald Trump, Huawei Tetap Luncurkan Sistem Operasi HarmonyOS di Smartphone pada 2021

Menurut PETA, kopi yang terbuat dari biji kopi yang dikeluarkan oleh binatang, dalam hal ini Musang Luwak, yang dipenjara, stres, dan tidak sehat, yang telah kehilangan segala sesuatu yang akan membuat kehidupan mereka berharga, bukanlah sebuah kelezatan – itu adalah aib.

Selain memeriksa kopi luwak yang dihasilkan dari Indonesia, penyidik PETA Asia mengunjungi peternakan yang mengekspor kopi tersebut ke luar negeri.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: PETA.org

Tags

Terkini

Terpopuler