Pemimpin Hizbullah: Kami Gembira dengan Kekalahan Donald Trump

12 November 2020, 13:03 WIB
Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah.* /Tehran Times

PR BEKASI – Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan bahwa pihaknya merasa gembira dengan "kekalahan memalukan" yang dialami oleh petahana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Rabu, 11 November 2020.

Namun, dirinya juga mendesak para sekutu Hizbullah Lebanon tidak terlena dan tetap waspada terhadap "kebodohan" yang dilakukan oleh AS atau Israel selama sisa masa jabatannya di Gedung Putih.

Dalam pidato yang disiarkan televisi setempat, pemimpin partai berbasis masa Syiah tersebut menggambarkan pemerintahan Donald Trump sebagai yang terburuk sepanjang sejarah AS.

Baca Juga: Aksinya Viral karena Bernyanyi Saat Sambut Habib Rizieq, Prajurit TNI AU Ini Ditahan Polisi Militer

Tetapi, dirinya juga mengatakan presiden terpilih AS terbaru, Joe Biden tidak akan mengubah kebijakan pro-Israel yang dikeluarkan oleh Washington di Timur Tengah.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Sayyed Hassan Nasrallah menggambarkan pelaksanaan pemilu AS sebagai parodi demokrasi.

Dirinya menuduh Donald Trump tidak memiliki batasan dan sifat arogan dan agresif pemerintahannya telah meningkatkan kemungkinan perang di berbagai belahan dunia.

Baca Juga: Sindir 'Jakarta Bagus' Versi Arteria Dahlan, Fadli Zon: Mungkin Mereka yang Tinggal di Istana

Pemimpin salah satu partai terbesar di Lebanon yang didukung Iran tersebut mengatakan bahwa dia mendapatkan kesenangan pribadi pada hasil pemilihan AS tersebut.

"Segala sesuatu mungkin dapat terjadi selama sisa masa jabatannya, poros perlawanan harus dalam keadaan kesiapan tinggi untuk merespons dua kali lebih keras jika ada kebodohan Amerika atau Israel," katanya, merujuk pada Hizbullah dan sekutu Iran di wilayah tersebut.

Pemerintahan Donald Trump telah memperluas sanksi terhadap Hizbullah, yang dianggap Washington sebagai kelompok teroris, dan sekutu Lebanon lainnya sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum terhadap Iran yang meningkatkan ketegangan regional.

Baca Juga: Bela Megawati, Ruhut Sitompul: Dia Sudah Merasakan Asam Manisnya Kehidupan Berdemokrasi

Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan sanksi AS yang dijatuhkan pekan lalu pada Gebran Bassil, menantu presiden Lebanon, atas tuduhan korupsi dan hubungan dengan Hizbullah adalah bagian dari upaya Washington untuk menekan sekutu politik gerakan bersenjata itu.

Seperti diketahui, Donald Trump yang diusung oleh Partai Republik harus mengakui keunggulan pesaingnya yang diusung dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Joe Biden yang merupakan Mantan Wakil Presiden di era Presiden Barack Obama unggul dengan perolehan sebanyak 290 suara Electoral College, sedangkan Donald Trump hanya memperoleh 217 suara Electoral College.

Baca Juga: Tengah Dilanda Kelaparan, Kim Jong Un Akan Hukum Warga Korut yang Membuang-buang Makanan

Selama memimpin sebagai Presiden AS, Donald Trump beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang membuat ketegangan di Timur Tengah seperti mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, serta memerintahkan pembunuhan jenderal tinggi Iran Qassem Soleimani pada awal tahun ini.

Selain itu, dirinya juga melakukan kebijakan kontroversi lainnya setelah sempat membuka hubungan baik dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, meskipun pada akhirnya kembali memanas kembali.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler