Pertama dalam Sejarah, Paus Fransiskus Lantik Kardinal Keturunan Afrika-Amerika

- 30 November 2020, 22:09 WIB
Wilton Gregory, pria keturunan Afrika-Amerika Serikat yang baru diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus.
Wilton Gregory, pria keturunan Afrika-Amerika Serikat yang baru diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus. /New York Times/

PR BEKASI - Paus Fransiskus telah melantik sebanyak 13 kardinal (pejabat tinggi Vatikan) baru, yang diresmikan pada Sabtu, 28 November 2020 lalu.

Namun, di antara belasan kardinal tersebut, ada seorang keturunan Afrika-Amerika Serikat (AS) pertama yang diangkat menjadi kardinal dalam sejarah Gereja Katolik.

Para kardinal diangkat dalam sebuah upacara, yang dikenal sebagai konsistori, dengan partisipasi yang lebih sedikit dari biasanya, karena alasan Covid-19.

Baca Juga: Halangi Satgas Covid-19 Lakukan Pelacakan, Kapolda Jabar: Tindakan RS UMMI Termasuk Pidana Murni

Acara yang biasanya dihadiri oleh ribuan orang, hanya 10 tamu per kardinal yang diizinkan berada di Basilika Santo Petrus, ketika Paus memberi kardinal cincin dan topi merah tradisional yang dikenal sebagai biretta.

Sembilan dari 13 orang kardinal itu rata-rata berusia di bawah 80 tahun dan memenuhi syarat berdasarkan hukum Gereja untuk memasuki konklaf rahasia untuk memilih Paus berikutnya dari antara mereka sendiri setelah Paus Fransiskus meninggal atau mengundurkan diri.

Salah satu nama yang menarik perhatian publik adalah Uskup asal Washington bernama Wilton Gregory, yang juga ikut dilantik menjadi kardinal.

Baca Juga: Percepat Vaksinasi, Pemerintah Bebaskan Pajak Impor Vaksin Covid-19

Gregory mencatat namanya dalam sejarah dengan menjadi kardinal Afrika-AS pertama Gereja Katolik selama upacara pelantikan di Roma.

Sejalan dengan keprihatinan Paus terhadap umat Katolik yang secara historis terpinggirkan, para kardinal baru lainnya yang dilantik berasal dari Rwanda, Brunei, Cile, dan Filipina.

Gregory (72), yang sudah menjadi Katolik Afrika-AS dengan peringkat tertinggi dalam sejarah AS, mengatakan bahwa dia telah berdoa, menulis homili dan surat kepada simpatisan, dan merenungkan peran barunya.

Baca Juga: Tak Ingin Ada Kegaduhan Baru, Fadli Zon Desak Pemerintah Batalkan Calling Visa Israel

"Ini adalah waktu untuk berterima kasih kepada Tuhan atas momen unik dalam hidup saya dan dalam kehidupan gereja di Amerika Serikat," kata Gregory, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Senin, 30 November 2020.

"Saya berharap ini merupakan tanda bagi komunitas Afrika Amerika bahwa Gereja Katolik memiliki penghormatan, rasa hormat, dan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang, untuk orang-orang kulit berwarna saya," sambungnya.

Paus sekarang telah menunjuk 57% dari 128 pemilih kardinal, yang sebagian besar berbagi visinya tentang Gereja yang lebih inklusif dan berwawasan ke luar.

Baca Juga: Viral Video Seorang Kakek Dijambret yang Uangnya untuk Beli Kain Kafan, Taqy Malik: Saya Buka Donasi

Sejauh ini, ia telah menunjuk sebanyak 18 kardinal dari sebagian besar negara-negara terpencil yang tidak pernah memiliki satu pun, hampir semuanya dari negara berkembang. Dalam konsistori hari Sabtu, Brunei dan Rwanda memiliki kardinal pertama mereka.

Sementara, Eropa masih memiliki bagian terbesar dari pemilih kardinal, dengan 41 persen, itu turun dari 52 persen pada tahun 2013 ketika Fransiskus menjadi Paus Amerika Latin pertama.

Dengan setiap konsistori, Paus Fransiskus telah meningkatkan kemungkinan bahwa penggantinya akan menjadi orang non-Eropa lainnya, setelah memperkuat Gereja di tempat-tempat di mana masih menjadi minoritas kecil.

Baca Juga: Sampah Sungai Citarum Turun Selama Pandemi Covid-19, Ini Kata Ridwan Kamil

Sembilan pemilih baru tersebut berasal dari Italia, Malta, Rwanda, Amerika Serikat, Filipina, Cile, Brunei, dan Meksiko.

Dalam homilinya, Paus Fransiskus berpesan kepada para kardinal untuk tetap memperhatikan Tuhan, menghindari segala bentuk korupsi, dan tidak mengalah pada "semangat duniawi" yang dapat menyertai prestise dan kekuasaan dari pangkat baru mereka.

Dalam acara tersebut, semua orang di basilika kecuali paus mengenakan masker. Setiap kardinal baru melepas masker yang mereka kenakan ketika mereka berlutut di hadapan Paus, kecuali Gregory yang tetap memakai masker.

Gregory menjadi berita utama pada Juni lalu ketika dia mengecam kunjungan Presiden AS Donald Trump ke sebuah gereja Katolik di Washington, setelah polisi dan tentara menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan pengunjuk rasa.

Baca Juga: Penuhi Panggilan, Pihak RS Ummi dan MER-C Sambangi Polres Kota Bogor Hari Ini

Sehingga, Trump dapat difoto di depan sebuah gereja bersejarah di Washington yang memegang Alkitab.

Kemudian, Gregory menyayangkan fasilitas Katolik di mana pun selalu dimanipulasi dan dimanfaatkan. Namun, kaum konservatif Katolik mengutuk Gregory dan berpihak pada Trump.

Sementara, Paus Fransiskus mengutuk kematian tragis George Floyd, pria kulit hitam yang dibunuh oleh polisi di Minnesota Mei lalu, dan mendukung seorang uskup Amerika yang berlutut dalam doa selama protes Black Lives Matter.

Baca Juga: Patahkan Argumen HRS Soal Privasi Medisolda, Kapolda Jabar: Keselamatan Masyarakat Hukum Tertinggi

Awal pekan ini, Paus bertemu dengan para pemain NBA di Vatikan dan mendorong mereka untuk terus berjuang demi keadilan rasial dan kesetaraan ekonomi.

Pada Selasa pekan lalu, Gregory mengatakan dia ingin menemukan kesamaan pandangan dengan Presiden terpilih AS Joe Biden meskipun ada ketidaksepakatan tentang masalah seperti aborsi.

Diketahui bahwa Gregory adalah salah satu dari segelintir kardinal baru yang dikarantina selama sekitar 10 hari di kamar mereka di wisma tamu Vatikan tempat Paus juga tinggal. Para kardinal dari Brunei dan Filipina tidak dapat melakukan perjalanan ke Vatikan dan akan menerima cincin dan topi kardinal mereka melalui seorang utusan kepausan.

Baca Juga: Aksi Teroris di Sigi, Ahmad Sahroni: Densus 88 dan TNI Harus Turun Tangan

Empat non-pemilih di atas 80 diberi kehormatan setelah lama melayani Gereja. Yang paling menonjol adalah Uskup Agung Silvano Tomasi, seorang Italia-Amerika yang telah bekerja di seluruh dunia dan merupakan salah satu pakar imigrasi terkemuka di Gereja.

Para kardinal baru kemudian melakukan kunjungan kehormatan ke mantan Paus Benediktus XVI yang berusia 93 tahun, yang kini tinggal di Vatikan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah