Sindir Kebebasan Prancis, Vladimir Putin Anggap Multikulturalisme Barat Telah Gagal

- 18 Desember 2020, 21:53 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyoroti gagalnya multikulturisme barat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyoroti gagalnya multikulturisme barat. /Alamy Live News

PR BEKASI - Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers akhir tahun ini, menyebut bahwa telah terjadi masalah di dunia barat dalam menjalani kebebasan berpendapat.

Lebih jauh, ia menilai benturan budaya kerap dilakukan oleh dunia barat dan kini hal tersebut menjadi masalah.

Dalam konferensi pers yang dilakukan pada Kamis, 17 Desember 2020 itu, Vladimir Putin mengungkit bentuk cara-cara mengekspresikan diri dan bentuk penghinaan kepada perasaan sekelompok orang.

Baca Juga: Sempat Ingatkan Kalina Oktarani untuk Tak Buru-buru Menikah, Aming: Dia Hebat, Kayak Gak Ada Trauma

“Dimana batas kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain?” kata Putin.

Pertanyaan itu menjadi penting baginya untuk ditanyakan karena ia melihat adanya praktik kebebasan yang tidak seimbang, yaitu saat kebebasan seseorang dimulai, justru kebebasan lain harus berakhir. 

Seperti dikatakan oleh Putin bahwa ketika seseorang telah menghina agama dan melukai perasaan orang lain, hal itu akan mendatangkan tanggapan atau reaksi. Namun tanggapan tersebut justru tidak diperbolehkan dan ditentang.

“Bertindak tanpa berpikir, menghina hak dan perasaan orang beragama, harus selalu ingat akan ada reaksi balik yang tak terhindarkan. Tapi, di sisi lain, ini tidak boleh agresif," kata Vladimir Putin, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RT, Jumat, 18 Desember 2020.

Baca Juga: Muncul Usulan Jokowi Jadi Presiden Bersama Prabowo, Refly Harun: Sekarang Ada Penghulu Kampret Baru

Pernyataan Putin merujuk kepada kejadian beberapa waktu lalu di Perancis terkait dengan majalah Charlie Hebdo yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW yang pada akhirnya, diketahui membuat sejumlah konflik lintas negara.

Seperti konflik terbaru adalah ketika seorang guru sekolah Samuel Patty terbunuh pada Bulan Oktober 2020 oleh Abdullah Anzorov yang berusia 18 tahun karena menunjukkan serangkaian kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya dalam pelajaran terkait kebebasan berbicara.

Tindakan penggambaran Nabi Muhammad SAW tersebut dianggap oleh umat Islam sebagai sebuah penghinaan, sementara sejumlah pihak lain justru menganggapnya sebagai bentuk kebebasan berekspresi.

Konflik tersebut kemudian semakin memanas karena Presiden Prancis Emmanuel Macron malah membuat kontroversi serangkaian ucapannya yang dianggap menyudutkan umat Islam. 

Baca Juga: Polisi Tangkap Massa Aksi 1812 yang Melawan Ketika Dibubarkan

Dampak dari hal itu, sejumlah negara muslim mengumumkan adanya pemboikotan terhadap produk asal Prancis, beberapa demonstrasi juga dilakukan oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Indonesia diwakili oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyatakan kecamannya atas serangkaian ucapan yang dilakukan oleh Presiden Macron.

Terhadap kejadian itu, Vladimir Putin menganggap bahwa multikulturalisme di Barat, dianggapnya telah gagal.

Baca Juga: Bill Gates Predikasi Pandemi Berikutnya, Budiman Sudjatmiko: Berita seperti Ini Menyedihkan Saya

Sementara itu pada pekan lalu, Vladimir Putin telah  menginstruksikan kementerian luar negeri Rusia untuk mengadakan diskusi bersama organisasi internasional.

Diskusi tersebut untuk membicarakan masalah seputar penghinaan terhadap keyakinan umat beragama yang dapat memicu kebencian dan konflik antaragama.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RT.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah