Ia mengatakan normalisasi hubungan diplomatik itu akan meningkatkan sikap agresif Israel dan penolakannya atas hak-hak rakyat Palestina.
Kesepakatan tersebut bertentangan dengan Resolusi Konferensi Tingkat Tinggi Arab dan Prakarsa Perdamaian Arab yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Palestina, kata Bassam al-Salhi.
Baca Juga: Omnibus Law, Analis: Buat Investor Asing Percaya Indonesia Negara Potensial untuk Investasi
Palestina sendiri sebagai sebuah bangsa yang memiliki hak untuk merdeka sangat terganggu dengan keputusan sebagian negara Arab yang berbangga hati menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, hal tersebut dikatakan oleh Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah mengatakan
"Bangsa Palestina sudah lama kecewa atas beberapa negara Arab karena selama ini mendiamkan resolusi yang dikeluarkan PBB untuk menekan Israel, serta memberdayakan masyarakat Palestina," kata Teuku Rezasyah.
Baca Juga: DJ Palestina Ditangkap Akibat Nekat Gelar Pesta di Situs Pemakaman Nabi Musa
Dalam pandangan Palestina, beberapa negara Arab tersebut adalah pengkhianat, karena mengingkari komitmen yang telah lama mereka sepakati, guna mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.
Israel menduduki wilayah Palestina sejak perang enam hari pada 1967 antara koalisi negara Arab dan tentara zionis.
Selain menduduki wilayah, militer Israel pun kerap kali melakukan kekerasan terhadap bangsa Palestina.