Muslim Rohingya Rayakan Penahanan Aung San Suu Kyi dengan Suka Cita

- 2 Februari 2021, 14:25 WIB
Ilustrasi pengungsi Rohingya.
Ilustrasi pengungsi Rohingya. /Mohammed Jamjoom/Al Jazeera

PR BEKASI – Penahanan Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi oleh kelompok junta militer pada Senin, 1 Februari 2021 dirayakan dengan suka cita oleh etnis Muslim Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh setelah pembantaian brutal pada etnis tersebut tiga tahun yang lalu.

Berita penangkapat Aung San Suu Kyi tersebut menyebar dengan sangat cepat di seluruh kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh yang menampung sebanyak 1 juta pengungsi.

Mereka menganggap bahwa Aung San Suu Kyi merupakan aktor dibalik pembantaian brutal terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar pada 2017 lalu yang disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan kejahatan Genosida.

Baca Juga: Minta AHY Dijaga dari Sabang-Merauke, Natalius Pigai: Pemimpin Indonesia Berkelas Dunia

Hal tersebut sebanyak 740.000 etnis Rohingya mengungsi ke negara tetangga untuk menyelamatkan hidup mereka.

"Dia adalah alasan di balik semua penderitaan kami. Mengapa kita tidak merayakannya?," kata Farid Ullah yang merupakan pemimpin kamp pengungsian Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Free Malaysia Today.

Sementara itu, Mohammad Yusuf yang merupakan seorang pemimpin kamp pengungsian Balukhali, mengatakan dirinya pantas mendapatkan.

Baca Juga: Joe Biden Ancam Sanksi Pelaku Kudeta Militer Myanmar Terhadap Aung San Suu Kyi

hukuman tersebut karena telah melakukan kejahatan genosida pada etnis Rohingya.

"Dia adalah harapan terakhir kami, tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya," katanya.

Beberapa orang Rohingya telah mengadakan acara syukuran doa untuk menyambut penahanan Aung San Suu Kyi yang mereka sebut dengan "keadilan" yang diberikan kepada pemenang hadiah Nobel perdamaian, kata Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp Nayapara.

Baca Juga: PBB Pimpin Dunia Kecam Aksi Kudeta di Myanmar

"Jika otoritas kamp mengizinkannya, Anda akan melihat ribuan Rohingya keluar dalam pawai perayaan," kata Mirza Ghalib, seorang pengungsi di kamp pengungsian Nayapara.

Maung Kyaw Min, juru bicara Serikat Mahasiswa Rohingya yang berpengaruh, mengatakan sekarang ada peningkatan harapan bahwa etnis Rohingya untuk dapat kembali ke kampung halaman mereka di Myanmar.

"Tidak seperti pemerintah terpilih, militer (pemerintah) ini akan membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Jadi kami berharap mereka fokus pada isu Rohingya untuk mengurangi tekanan internasional," katanya.

Baca Juga: Curhati Jokowi Terkait Masalah yang Menimpanya, Raffi Ahmad: Pak Jokowi Rendah Hati Banget

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan mereka akan meningkatkan pemantauan di perbatasan antar kedua negara jika ada masuknya baru pengungsi Rohingya di tengah situasi Myanmar sedang bergejolak saat ini.

Bangladesh telah mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar "proses demokrasi" ditegakkan di Myanmar.

Diketahui, Aung San Suu Kyi merupakan pemimpin de facto Myanmar pada saat pembantain etnis terjadi di Rakhine.

Baca Juga: Kembali Dipolisikan Atas Dugaan Rasisme terhadap Suku Minang, Natalius Pigai: Korban Rasis Dibilang Rasis

Pada 2019 lalu, dirinya membela militer Myanmar di Pengadilan Pidana Internasional (ICC) yang menuntut kejahatan genosida yang dilakukan militer terhadap Rohingya, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Free Malaysia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah