Tagih Janji, Iran Minta Joe Biden Segera Kembali ke Perjanjian Nuklir

- 18 Februari 2021, 08:08 WIB
  Pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. /The New York Times

PR BEKASI - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan kembali lagi ke perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) beberapa waktu lalu.

Rencana pemerintah AS tersebut tentu disambut baik oleh pemerintah Iran.

Selanjutnya, Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menagih komitmen Presiden AS, Joe Biden.

Baca Juga: Heboh Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kemayoran, Ferdinand Hutahaean: Agak Ragu Kalau Foto Itu Asli?

Terkait rencananya untuk kembali ke perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) tersebut.

Khamenei berkata bahwa ia ingin melihat tindakan langsung Joe Biden, bukan hanya sekedar ucapan.

Bersamaan dengan hal itu, Ayatollah Ali Khamenei juga memberi tenggat waktu sepekan kepada Joe Biden.

Baca Juga: Juventus Telan Kekalahan dari Porto di Kampung Ronaldo, Andrea Pirlo: Kami Lambat dan Tak Cukup Cerdas

Waktu yang diberikan yakni merupakan kesempatan untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan oleh AS terhadap Iran.

Jika sanksi tersebut tidak dicabut, maka Iran tidak akan tertarik untuk kembali ke perjanjian nuklir.

Bukan hanya itu, AS bakal tetap memblokir inspeksi dari lembaga pengawas Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB.

Baca Juga: Minta SKB 3 Menteri Direvisi, Din Syamsuddin: Agar Kita Tidak Menyimpang dari Nilai Dasar Indonesia

"Kami sudah mendengar terlalu banyak kata-kata dan janji manis yang tidak terpenuhi atau apa yang terjadi malah sebaliknya," kata Ayatollah Ali Khamenei, dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pafa Kamis, 18 Februari 2021.

"Kata-kata dan janji tidak cukup. Kali ini kami meminta aksi dan kami pun juga akan beraksi," kata Ayatollah Ali Khamenei, menambahkan.

Sebelumnya, Joe Biden dikabarkan sudah lama ingin membawa kembali AS ke perjanjian nuklir Iran.

Baca Juga: Menolong Korban Penipuan Daring, Seorang Petugas Minimarket di Jepang Dapat Sertifikat Penghargaan

Pada 2018 lalu, AS keluar dari perjanjian itu atas inisiatif mantan Presiden AS, Donald Trump yang juga menjatuhkan sanksi ekonomi
pada Iran.

Selanjutnya Joe Biden berharap dengan kembali AS pada perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) itu, Iran bisa kembali dipaksa untuk mematuhi peraturan pembatasan pengayaan uranium-nya.

Dikabarkan bahwa saat ini Iran telah melanggar perjanjian itu dengan melanjutkan pengayaan uranium.

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan 'Hantu' Andi Arief Soal SBY di 2004, Marzuki Alie: Saya Saksi Tunggal yang Tersisa

Diketahui bahwa pengayaan uranium tersebut hingga 20 persen di pabrik nuklir bawah tanahnya, Fordow.

Namun, di sisi lain, jika AS berhasil kembali ke perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) dan Iran dipaksa tunduk, maka hal itu bisa menjadi batu loncatan untuk perjanjian yang lebih luas.

Hal tersebut mulai dari pembatasan pengembangan senjata hingga aktivitas regional.

Baca Juga: Rachland Nashidik Sebut Bendungan Tukul Proyek Molor Jokowi, Dedek Uki: Hati-hati Penyakit Hati, Pak

Hingga kini, baik Iran maupun AS sama-sama tidak mengambil langkah duluan soal perjanjian nuklir itu.

Diketahui bahwa Iran, meminta sanksi dari era Donald Trump dicabut.

AS juga meminta sesuatu dari Iran, menghentikan program pengayaan uranium dan membiarkan inspektur PBB untuk melakukan pemeriksaan.

Baca Juga: Minta SKB 3 Menteri Direvisi, Din Syamsuddin: Agar Kita Tidak Menyimpang dari Nilai Dasar Indonesia

Sementara itu, negara tetangga gemas dengan situasi demikian. Kanselir Jerman, Angela Merkel, sampai meminta Presiden Iran, Hassan Rouhani untuk tidak main 'tunggu-tungguan' soal kembali ke perjanjian nuklir.

"Ini adalah momen yang pas untuk mengirim sinyal positif yang meningkatkan kepercayaan dan solusi diplomatik," kata Merkel.

Ia menjelaskannya kepada Rouhani soal perjanjian nuklir Iran dan rencana Joe Biden membawa AS ke sana.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah