Disebut Bisa Jadi Senjata Biologis Lumpuhkan Satu Kota, Virus Nipah Ancaman Baru Bagi Dunia Setelah Covid-19

- 1 Maret 2021, 15:51 WIB
Ilustrasi virus Nipah yang dikabarkan akan jadi ancaman dunia setelah Covid-19
Ilustrasi virus Nipah yang dikabarkan akan jadi ancaman dunia setelah Covid-19 /Freepik

PR BEKASI - Virus Nipah dilaporkan menjadi ancaman baru setelah pandemi Covid-19.

Diketahui bahwa saat ini pun pandemi Covid-19 bekum menunjukan tanda-tanda akan berakhir.

Bahkan di sejumlah negara tengah mengalami lonjakan kasus positif Covid-19.

Hal tersebut tentu membuat masyarakat di dunia khawatir dengan kondisi selanjutnya.

Baca Juga: Gunung Merapi Semburkan Awan Panas dan Lava Pijar 17 Kali dengan Jarak Luncur 1,7 Kilometer

Baca Juga: Ramal Gibran Rakabuming Sebagai Walikota Solo, Denny Darko: Tetap Hati-hati!

Baca Juga: Iwan Fals 'Terpikat' dengan Polisi Cantik Iptu Rita Yuliana: Semoga Enggak 'Rusak' Kena Sabu

Tak hanya itu, beberapa negara juga melaporkan bahwa dinegara mereka adanya ancaman sejumlah wabah seperti flu burung dan demam berdarah.

Belum selesai pandemi Covid-19, virus Nipah digadang-gadang jadi ancaman baru di dunia kesehatan.

Tak hanya jadi calon pandemi, virus nipah bahkan digadang-gadang dapat digunakan sebagai senjata biologis, sebagaimana diberitakan Pikiran.Rakyat.com dalam artikel berjudul, "Ancaman Baru, Virus Nipah Disebut Bisa Jadi Senjata Biologis untuk Lumpuhkan Satu Kota".

Hal tersebut diungkapkan oleh para pakar karena melihat tingkat kematian yang tinggi dari virus nipah dan kemampuannya dalam menimbulkan ketakutan publik.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Investasi Miras adalah Cara Pemerintah Mengeksploitasi Local Wisdom

Pakar menilai virus nipah menjadi ancaman baru yang perlu ditangani secara serius.

Virus nipah menjadi salah satu patogen paling mematikan di dunia dan memiliki tingkat kematian 75 persen.

Para ahli mengungkapkan adanya risiko bioterorisme dari virus nipah, karena seperti wabah pes, virus ini bisa dibendung, kemudian diangkut dan dilepaskan di daerah perkotaan.

Ahli Epidemiologi Amerika, Emily Gurley mengatakan virus nipah bisa saja digunakan oleh 'aktor jahat' dalam sebuah serangan bio-teror.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini: Al Buat Andin Nangis di Depan Mama Rossa, Siapa Pembunuh Roy?

"Ada cara untuk mencegah hal ini, termasuk berinvestasi dalam infrastruktur penelitian di tempat-tempat di mana Nipah berada untuk memastikan penanganan spesimen yang aman dan terjamin," kata Emily Gurley.

"Investasi dalam pengawasan dan kapasitas kesehatan masyarakat juga merupakan investasi yang sangat baik lagi, untuk memastikan bahwa apa pun yang terjadi, kami menemukan berbagai hal dengan cepat dan gesit dalam menanggapi," katanya, menjelaskan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus Nipah menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit pernapasan akut.

Baca Juga: Ultimatum Jokowi Izinkan Investasi Miras Dinilai Nekat 'Tantang' Allah, Amien Rais: Tolong Dipikir Kembali

Virus menjadi fatal jika menyebabkan ensefalitis atau pembengkakan otak.

Satu-satunya pengobatan saat ini adalah perawatan suportif. Virus nipah belum bermutasi menjadi menular seperti Covid-19.

"Penularan dari manusia ke manusia telah diamati, tetapi saat ini, tampaknya menjadi proses yang tidak efisien," kata dokter John Klena dan dokter Shannon Whitmer dari Pusat Pengendalian Penyakit AS di Atlanta.

Para ilmuwan dari CDC AS mengatakan karena tingkat kematian yang tinggi dan kemampuan untuk menimbulkan ketakutan publik.

Baca Juga: Kritik Investasi Miras, Rocky Gerung: Kearifan Lokal Dieksploitasi untuk Dijadikan Tambang Duit Pemerintah

Ancaman penggunaan virus Nipah sebagai senjata dan cara untuk mengurangi ancaman ini perlu ditangani.

Dokter Klena dan dokter Whitmer mengatakan bahwa sejak ditemukan 27 tahun lalu pada tahun 1994 di Malaysia, telah diketahui beberapa wabah virus Nipah di Asia.

Tim ilmuwan menambahkan bahwa ada lebih banyak 'kasus baru-baru ini di Bangladesh dan India'.

"Setiap tahun, beberapa kasus Nipah terdeteksi di Bangladesh, dan terkadang ini terkait dengan kelompok rumah tangga," kata mereka, dikutip dari situs Express.

Baca Juga: Kearifan Lokal Jadi Alasan Legalisasi Investasi Miras, Ketua MUI: Cabut Aturan, Mana Ada Arifnya Miras

"Waduk virus, kelelawar buah Pteropus, memiliki penyebaran yang luas di Asia, tetapi tidak ada kasus manusia di setiap negara yang dikunjungi oleh kelelawar ini," kata mereka, menambahkan.

Para ilmuwan dari CDC Atlanta mengatakan bahwa 'berdasarkan pengamatan ini, risiko penyebaran pandemi virus Nipah rendah'.

Virus Nipah yang mematikan telah terdaftar dalam kategori 'C' dari kemungkinan agen bioterorisme.

Kategori C dari Daftar Agen Bioterorisme AS berisi patogen mematikan yang muncul yang dapat menyebabkan kepanikan massal.

Baca Juga: Tidak Boleh Makan Pepaya! Berikut 6 Kondisi Kesehatan yang Harus Diperhatikan

Selanjutnya, penyakit di masa depan karena 'potensi tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta dampak kesehatan yang besar'.*** (Rahmi Nurfajriani/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x