Sebelumnya, pada Jumat, 5 Maret 2021 Presiden Rodrigo Duterte meluncurkan operasi "kontra pemberontakan" terhadap pemberontak komunis di Mindanao.
Ancamannya terhadap komunis menimbulkan ketakutan akan gelombang baru pertumpahan darah yang mirip dengan perang melawan narkoba yang menewaskan ribuan orang, termasuk anak-anak.
Kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa ancaman tersebut tidak lagi membedakan antara pemberontak bersenjata, pembela hak asasi, dan kritik terhadap pemerintahan Duterte.
"Saya telah memberitahu militer dan polisi bahwa jika mereka menemukan diri mereka dalam pertempuran bersenjata dengan pemberontak komunis, bunuh habisi mereka jika mereka masih hidup," katanya
"Pastikan untuk mengembalikan jenazah mereka ke keluarga masing-masing. Lupakan hak asasi manusia." sambungnya.***