Madrasah Transgender Pertama di Pakistan untuk Tempat Belajar Islam bagi Para LGBT, Berawal dari Pengucilan

- 23 Maret 2021, 11:02 WIB
Rani Khan, wanita transgender yang mengajar Alquran di madrasah transgender pertama di Pakistan, beribadah bersama salah satu siswanya di Islamabad, Pakistan, 10 Maret 2021.
Rani Khan, wanita transgender yang mengajar Alquran di madrasah transgender pertama di Pakistan, beribadah bersama salah satu siswanya di Islamabad, Pakistan, 10 Maret 2021. /Reuters

PR BEKASI - Dengan kerudung putih panjang di kepalanya, Rani Khan memberikan pelajaran soal kandungan Alquran setiap hari di Madrasah Transgender pertama di Pakistan.

Madrasah atau sekolah agama Islam itu didirikan oleh Rani Khan sendiri menggunakan tabungan pribadinya.

Madrasah adalah tonggak penting bagi komunitas LGBTQ di negara Muslim yang sangat fundamental, ketika orang-orang transgender menghadapi pengucilan, meskipun tidak ada larangan resmi bagi mereka untuk menghadiri madrasah atau beribadah di masjid.

“Kebanyakan keluarga tidak menerima orang transgender,” kata Rani Khan seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 23 Maret 2021.

Baca Juga: Jelang Ramadhan, KPI Larang Stasiun TV dan Radio Tampilkan Pendakwah dari Organisasi Terlarang

Baca Juga: Misteri Sungai Berbusa di Surabaya Terkuak, Pemkot Ungkap Penyebabnya: Akibat Limbah Rumah Tangga

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 23 Maret 2021: Rahasia Elsa sebagai Pembunuh Roy Mulai Terkuak, Mama Rossa Beri Ancaman 

“Mereka mengusir transgender dari rumah mereka. Memicu transgender beralih ke perbuatan salah. Dulu saya juga salah satu dari mereka,” sambungnya.

Saat dikunjungi Reuters tampak para transgender lainnnya sedang melantunkan ayat suci Alquran dengan khidmat.

Sambil menahan air mata, Khan ingat bagaimana dia tidak diakui oleh keluarganya pada usia 13 tahun dan dipaksa mengemis.

Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan kelompok transgender, ia kerap menari di pesta pernikahan dan acara lainnya, tetapi berhenti untuk kembali terhubung dengan agamanya.

Setelah ia memiliki mimpi untuk melakukan sesuatu untuk komunitas tersebut.

Baca Juga: Jasa Marga akan Menutup Sebagian Ruas Tol Jakarta-Cikampek hingga Jumat 26 Maret 2021 

Khan diketahui belajar Alquran di rumah dan bersekolah di sekolah agama, sebelum akhirnya membuka madrasah dua kamar pada bulan Oktober.

"Saya mengajar Alquran untuk menyenangkan Tuhan, demi hidup saya di dunia dan di akhirat," kata Khan.

Ia pun menjelaskan bagaimana madrasah menawarkan tempat bagi orang-orang transgender untuk beribadah, belajar tentang Islam dan bertaubat atas tindakan masa lalu.

Khan menuturkan bahwa madrasah Transgender tersebut belum menerima bantuan dari pemerintah meski beberapa pejabat berjanji akan membantu para siswanya mendapatkan pekerjaan.

Bersama dengan sejumlah sumbangan, Rani Khan mengajari siswanya cara menjahit dan menyulam, dengan harapan dapat mengumpulkan dana untuk sekolah dengan menjual pakaian.

Baca Juga: Warganet Kecam Komentar ‘Tak Simpati’ Deddy Corbuzier dan Luna Maya kepada Danella Ilene di INTM 

Parlemen Pakistan mengakui jenis kelamin ketiga pada tahun 2018, memberikan hak-hak dasar kepada individu seperti kemampuan untuk memilih dan memilih jenis kelamin mereka pada dokumen resmi.

Meskipun demikian, transgender tetap terpinggirkan di negara ini dan seringkali harus mengemis, menari, lalu terjerumus prostitusi untuk mencari nafkah.

Sensus Pakistan pada tahun 2017 mencatat ada sekitar 10.000 transgender meskipun kelompok hak trans mengatakan jumlahnya sekarang bisa lebih dari 300.000 di negara berpenduduk 220 juta itu.

“Hati saya damai saat membaca Alquran,” kata salah satu siswa madrasah, Simran Khan, yang juga ingin belajar keterampilan hidup.

"Ini jauh lebih baik daripada hidup yang penuh hinaan," sambung siswa berusia 19 tahun itu.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x