Imbas Uji Coba Nuklir Puluhan Tahun Lalu, Penelitian Ungkap Madu di AS Masih Mengandung Dampak Radioaktif

- 27 April 2021, 12:35 WIB
Ilustrasi madu terkontaminasi nuklir di AS.
Ilustrasi madu terkontaminasi nuklir di AS. /Pexels/Roman Odintzov

PR BEKASI – Sebuah penelitian menemukan bahwa jejak radioaktif dari uji coba nuklir pada tahun 1950-an dan 1960-an masih dapat ditemukan dalam madu Amerika Serikat (AS).

Isotop radioaktif yang diidentifikasi yakni cesium-137, berada di bawah level yang dianggap berbahaya tetapi jumlah yang diukur tetap menekankan kontaminan lingkungan masih tersisa bahkan setengah abad setelah uji coba bom internasional berakhir.

Pemimpin Penelitian, Jim Kaste yang juga merupakan seorang Ahli Geokimia Lingkungan dari Universitas William & Mary di Williamsburg, Virginia, menjelaskan bahwa tahun lalu memang ada suatu masa uji coba senjata nuklir lancer dilakukan.

Baca Juga: Ramai-ramai Bangunkan Bocah yang Tertidur Pulas di Dalam Mobil, Warganet: Pecahkan Kacanya, Nyawa Anak Mahal!

Salah satu isotop tersebut adalah caesium-137, produk sampingan dari fisi nuklir yang melibatkan reaksi uranium dan plutonium, yang seringkali dapat ditemukan dalam jumlah kecil di sumber makanan karena kontaminasi nuklir terhadap lingkungan.

Penemuan isotop nuklir pada madu ditemukan secara tak sengaja. Saat ia hendak menunjukkan bahwa kontaminan radioaktif dapat ditemukan setelah berpuluh-puluh tahun.

Lantas ia meminta peserta didiknya untuk membeli produk lokal dari alam apa saja dan untuk diteliti. Hasil tes mengejutkan tampak pada sebotol madu dari pasar petani North Carolina.

Baca Juga: Soroti Kondisi Pandemi Covid-19 di India, WHO Sebut Jika Lengah Bisa Terjadi di Sejumlah Negara

"Saya mengukurnya lagi karena saya pikir sesuatu terjadi pada wadah atau detektor saya rusak," kataKaste sepeti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Science Alert pada Selasa, 27 April 2021

"Saya mereproduksi takarannya. Dan, sekali lagi, 100 kali lebih terkontaminasi daripada makanan lain yang diteliti," sambungnya.

Dari situ ia dan timnya bergerak untuk melakukan test pada produk madu yang dibuat secara lokal dari pasar dan peternak lebah yang berlokasi di bagian Timur AS.

Baca Juga: Disebut Belum Ada Izin, Habib Rizieq Shihab Mengaku Belum Dapat Penyuluhan Kemenag Soal Izin Pondok Pesantren

Dari 122 sampel madu yang diuji, 68 menunjukkan jejak isotop radioaktif yang dapat dideteksi warisan uji coba nuklir atmosfer yang dilakukan oleh AS, Uni Soviet, dan negara lain selama era Perang Dingin.

Mayoritas ledakan terjadi di atas Kepulauan Marshall di Samudra Pasifik dan Novaya Zemlya, sebuah kepulauan Arktik di Rusia utara, dengan tes lain dilakukan di New Mexico dan Nevada.

Baca Juga: Selamat! UI Juarai Kemitraan di Asia Tenggara versi THE Impact Rankings 2021

Menurut para peneliti, efek kumulatif lebih dari 500 ledakan uji ini melepaskan lebih banyak radiasi pengion ke atmosfer daripada peristiwa lain dalam sejarah manusia.

"Kami tahu bahwa produksi cesium-137 dari situs Pasifik dan Rusia lebih dari 400 kali produksi ledakan New Mexico dan Nevada," kata Kaste.

"Satu bom Rusia, Bom Tsar, lebih dari 50 kali lebih kuat daripada gabungan semua uji coba di Nevada dan New Mexico," sambungnya.

Baca Juga: Ketahuan Tak Pakai Masker saat Rapat, Perdana Menteri Thailand Ini Kena Denda Rp2,4 Juta

Meskipun tidak ada cara untuk mengetahui ledakan mana yang menghasilkan kejatuhan yang masih dapat ditemukan dalam makanan Amerika saat ini, setidaknya tim dapat menjelaskan bagaimana isotop dapat menyebar begitu jauh dan luas.

Selain akibat terbawa hujan isotop radioaktif juga diserap ke dalam tanah-tanah di AS. Hal ini membuat tanaman akhirnya terpaksa menyerap kandungan tersebut sehingga para lebah membuat madu dari tanaman terkontaminasi tersebut.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x