Berlian mengatakan sebelum pandemi ada sekitar 90 orang masyarakat muslim di Pyongyang dari berbagai kedutaan dan organisasi internasional.
Namun sekarang hanya tersisa sekitar 30 orang, termasuk 12 orang WNI.
“Namun kita bersyukur masih kompak dan diperbolehkan berkumpul sehingga tali persahabatan masih terjalin di tengah keterbatasan dan lockdown,” katanya melanjutkan.
Dia menyebutkan bahwa perayaan Idul Fitri tahun ini unik dan menarik karena bersamaan dengan perayaan Kenaikan Isa Almasih.
Yang berarti, kata Berlian, dua hari besar Islam dan Kristen dirayakan sekaligus.
“Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dengan ratusan suku, budaya dan berbagai agama berbeda, namun bisa bersatu dan punya tradisi saling menghormati serta saling mengunjungi pada hari-hari raya besar seperi Idul Fitri,” katanya.
Kegiatan tersebut juga dimanfaatkan Berlian untuk mempromosikan kuliner khas Indonesia seperti gulai ayam, bakso ikan, mie goreng, tahu isi, bolu kukus, cendol, teh dan kopi Indonesia.
Acara tersebut ditutup dengan foto bersama dan pemberian bingkisan batik sebagai cinderamata khas Indonesia kepada para duta besar dan perwakilan asing yang hadir.****