PR BEKASI - Pada Senin, 17 Mei 2021, Israel berhasil menghancurkan satu-satunya laboratorium di Gaza yang biasa digunakan untuk meneliti dan menguji virus Corona alias Covid-19.
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The New York Times, Rabu, 19 Mei 2021, hancurnya laboratorium itu terpaksa membuat pengujian Covid-19 di Gaza berhenti total.
Serangan udara Israel tersebut pada mulanya menargetkan gedung lain di seberang lokasi laboratorium tersebut.
Gedung lain yang menjadi target Israel tersebut memang hancur, sayangnya puing-puing dari gedung, peluru, dan ledakan dari serangan udara tersebut menyebar dan merusak laboratorium tersebut.
Menurut Direktur Pengobatan Pencegahan Kementerian Kesehatan, Majdi Dhair, kantor Kementerian Kesehatan juga diketahui rusak akibat serangan udara Israel tersebut.
Dhair mengatakan bahwa seorang pegawai Kementerian Kesehatan terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit setelah terkena puing-puing dari ledakan gedung di seberangnya.
“Serangan ini biadab. Tidak ada cara untuk membenarkannya,” tutur Dhair.
Untungnya, Dhair meyakini bahwa peralatan di dalam laboratorium yang hancur tersebut masih bisa digunakan.
Namun, menurutnya, akan membutuhkan setidaknya satu hari untuk membersihkan dan mempersiapkan laboratorium tersebut untuk melanjutkan pengujian Covid-19.
Baca Juga: Sentil Habib Bahar bin Smith, Eks PSI: Keturunan Nabi Tak Mungkin Habisi Anak di Bawah Umur
Tak hanya pegawai Kementerian Kesehatan, beberapa dokter dan perawat di Gaza juga ikut terluka akibat serangan udara militer Israel tersebut.
Direktur otoritas kesehatan Gaza, Yousef Abu al-Reesh meminta komunitas internasional, terutama WHO, untuk memastikan perlindungan terhadap setiap fasilitas kesehatan di Gaza.
Tak hanya laboratorium Covid-19, puluhan gedung di sekitarnya juga mengalami kerusakan yang parah.
Baca Juga: Jokowi Blunder Sebut Provinsi Padang, Faldo Maldini: Banyak yang Senang Ngeributin Ginian
Selain laboratorium utama tersebut, panti asuhan, sekolah khusus perempuan, dan kantor Kementerian Kesehatan Palestina juga mengalami kerusakan.
Menurut saksi mata, Gedung Ghazi al-Shwwa yang memiliki enam lantai itu dihujani tiga rudal hingga lantai atas hancur berkeping-keping.
"Jika Kementerian Kesehatan saja tidak aman, maka tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza," ujar Abu Hamed Abufoul, saksi mata yang meilhat kejadian tersebut.
"Ini adalah kejahatan perang," sambungnya.
"Saya datang dengan anak saya untuk menarik sejumlah uang tunai dari ATM, tetapi tidak berfungsi. Jadi kami berhenti sejenak untuk memikirkan ATM mana yang harus kami tuju dan tiba-tiba sebuah rudal Jet Tempur F-16 menghantam tempat itu," kata Abu Hamed menambahkan.
Abu Hamed kemudian berlari menuju gedung Kementerian Kesehatan, namun kondisinya mengenaskan dan ada dua staf di kantor itu yang terluka.
Sebagai informasi, serangan Israel kepada Palestina bermula pada upaya Israel menggusur warga Palestina yang ada di wilayah Sheikh Jarrah, Kota Yerusalem bagian timur.
Ketegangan tersebut meningkat pada kerusuhan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa saat kepolisian Israel membubarkan warga Palestina yang tengah melaksanakan shalat tarawih.
Hingga saat ini, jumlah korban jiwa masih terus berjatuhan dan banyak bangunan yang kemudian runtuh yang diakibatkan serangan roket.***