Baca Juga: Hibur Aurel Hermansyah Pasca Keguguran, Atta Halilintar Ajak Sang Istri Jalan-jalan Pakai Bus Mewah
Baca Juga: Hibur Aurel Hermansyah Pasca Keguguran, Atta Halilintar Ajak Sang Istri Jalan-jalan Pakai Bus Mewah
Citra satelit resolusi tinggi adalah alat penting bagi peneliti, jurnalis investigasi, dan kelompok hak asasi manusia untuk melacak apa yang terjadi selama konflik.
Citra tersebut telah digunakan untuk menunjukkan penghancuran lebih dari 200 desa Rohingya oleh militer Myanmar pada tahun 2017, serta untuk melaporkan jaringan pusat pendidikan ulang yang didirikan untuk orang Uighur di seluruh wilayah Xinjiang di China, selain kehancuran ribuan masjid di sana.
Citra satelit ini juga telah digunakan untuk mengekspos kamp penjara besar di Korea Utara yang telah disangkal oleh pemerintah.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Enggan Komentar Soal Konflik Dirinya dan PDIP: Kalau Tidak Diundang, Ya Tidak Datang
Namun, ketika menyangkut masalah serangan udara Israel di Jalur Gaza, para peneliti harus mengandalkan citra satelit berbayar, seperti Maxar, atau menemukan cara lain untuk memastikan bangunan atau area apa yang dibom.
Marwa Fatafta selaku analis kebijakan di jaringan kebijakan Palestina Al-Shabaka, mengatakan bahwa keputusan itu tidak mengejutkan, mengingat Google meminjamkan layanan cloudnya kepada pemerintah Israel & aparat militer mereka.
Diketahui awal tahun ini, Google bersama Amazon Web Services (AWS), ditawari 1,2 miliar dolar untuk menyediakan layanan cloud kepada lembaga pemerintah Israel.
Baca Juga: Perda KTR Belum Efektif, Atang Trisnanto: Masih Ditemukan Remaja Merokok
Menurut Pusat Kemajuan Media Sosial Arab yaitu 7 amleh, raksasa teknologi itu juga dituduh melanggar hukum internasional dengan mengakui pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Editor: Puji Fauziah
Sumber: Middle East Eye