Resolusi partai itu membuka pintu bagi pemimpin berusia 76 tahun itu untuk tetap menduduki jabatan tinggi pemerintah karena ia berusaha menghindari tuntutan pidana setelah ia meninggalkan jabatannya, hal yang biasa terjadi di Filipina.
Hal tersebut dikatakan oleh Peter Mumford, kepala praktik di konsultan risiko Asia Tenggara dan Selatan, Grup Eurasia.
Baca Juga: Ratusan Kapal China Usik Keamanan Filipina dan Taiwan, AS Meradang dan Ancam Turun Tangan
"Jadi jelas dia memiliki kepentingan yang jelas untuk memastikan bahwa orangnya adalah presiden berikutnya," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Straits Times pada Kamis, 3 Juni 2021.
Tapi itu juga memperrumit ambisi petinju berusia 42 tahun yang akan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden untuk pertama kalinya.
Petinju itu, yang akan melawan rival tak terkalahkan Errol Spence Jr di Las Vegas pada 21 Agustus 2021 mendatang, menghadapi persaingan ketat untuk mendapatkan dukungan dari Rodrigo Duterte menjelang Pilpres Mei 2022.
Baca Juga: Jumlah Kapal China di Laut Natuna Utara Semakin Bertambah, Filipina Lakukan Patroli Udara
Calon Presiden Filipina lainnya termasuk Sara Duterte, putri presiden, serta ajudannya Senator Christopher "Bong" Go, dan Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr uang merupakan satu-satunya putra mantan diktator Filipina.
"Ini Tentang Individu. Namun karena kekuatan dan kekayaannya, dia mungkin satu-satunya kandidat yang dapat melakukan kampanye independen jika Duterte mendukung orang lain," kata Peter Mumford.
Selain itu, mengingat kedua tokoh tersebut berasal dari Filipina selatan, persaingan antara kubu mereka berisiko memecah suara dan membuka pintu bagi tokoh-tokoh oposisi untuk mengambil kursi kepresidenan.