WHO Bereaksi Soal Kabar Thailand Akan Campur Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

- 14 Juli 2021, 11:40 WIB
WHO memberi peringatan terkait pencampuran vaksin Sinovac dengan Vaksin AstraZeneca yang dilakukan oleh Thailand.
WHO memberi peringatan terkait pencampuran vaksin Sinovac dengan Vaksin AstraZeneca yang dilakukan oleh Thailand. /Reuters

PR BEKASI - Thailand dikabarkan akan mencampur vaksin Shinovac buatan China dengan vaksin AstraZeneca dalam upaya untuk meningkatkan perlindungan terhadap Covid-19.

Ini merupakan campuran vaksin pertama di dunia yang diumumkan secara publik dari vaksin China dan vaksin yang dikembangkan Barat.

Alasannya yaitu studi pendahuluan baru di Thailand menimbulkan keraguan tentang perlindungan jangka panjang dari dua dosis vaksin Sinovac.

Baca Juga: WHO Beri 'Peringatan' Negara Kaya, Tak Boleh Pesan Booster Dosis Covid-19 Disaat Negara Lain Masih Membutuhkan

Keputusan ini muncul setelah ratusan tenaga medis terjangkit Covid-19 meskipun sudah diberi dua dosis vaksin Sinovac.

Pencampuran vaksin yang akan dilakukan oleh pemerintah Thailand dilakukan dengan cara dimana peserta vaksinasi Covid-19 akan mendapatkan vaksin Sinovac sebagai suntikan pertama dan AstraZeneca sebagai suntikan kedua.

Namun, hal itu di peringatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilansir dari Reuters oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Rabu, 14 Juli 2021.

Baca Juga: WHO: Tragis ketika Kasus Kematian Global Covid-19 Sentuh Angka 4 Juta Jiwa Manusia

Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan agar inividu tidak mencampur dan mencocokkan vaksin Covid-19 dari berbagai produsen.

Dengan mengatakan bahwa keputusan mencampuradukkan vaksin Covid-19 tersebut harus diserahkan kepada tenaga medis.

"Ini adalah sedikit tren berbahaya di sini," kata Soumya Swaminathan dalam briefing online pada hari Senin setelah pernyataan tentang suntikan booster sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 14 Juli 2021.

Baca Juga: WHO 'Marahi' Negara-negara yang Terburu-buru Cabut Aturan Lockdown, Khawatirkan Kondisi Rumah Sakit

"Ini akan menjadi situasi yang kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga, dan keempat," sambungnya.

Namun, Soumya Swaminathan yang menyebut pencampuran vaksin sebagai 'zona bebas data', tetapi kemudian mengklarifikasi pernyataan tersebut melalui Tweetnya pada 13 Juli 2021.

"Individu tidak boleh memutuskan sendiri, lembaga kesehatan masyarakat bisa, berdasarkan data yang tersedia. Data dari studi campuran dan kecocokan vaksin yang berbeda sedang ditunggu - imunogenisitas dan keamanan keduanya perlu dievaluasi," kata Soumya Swaminathan dalam twitnya.

Baca Juga: WHO Peringatkan Gelombang Varian Delta Akan Sapu Benua Eropa

Selain itu Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO tentang vaksin mengatakan bahwa pada bulan Juni, vaksin Pfizer Inc (PFE.N) dapat digunakan sebagai dosis kedua setelah dosis awal AstraZeneca (AZN.L), jika yang terakhir tidak tersedia.

Uji klinis yang dipimpin oleh Universitas Oxford di Inggris terus menyelidiki pencampuran resimen vaksin AstraZeneca dan Pfizer.

Uji coba baru-baru ini diperluas hingga mencakup vaksin Moderna Inc (MRNA.O) dan Novavax Inc (NVAX.O).***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x