Ayah asal Prancis Nekat Mogok Makan Demi Hak Asuh Anaknya di Jepang, Tuai Dukungan dari Uni Eropa

- 31 Juli 2021, 10:00 WIB
Vincent Fichot, ayah asal Perancis melakukan aksi mogok makan selama tiga minggu atas hak asuh anaknya di Jepang.
Vincent Fichot, ayah asal Perancis melakukan aksi mogok makan selama tiga minggu atas hak asuh anaknya di Jepang. /REUTERS/Chang-Ran Kim

PR BEKASI - Seorang ayah asal Perancis melakukan aksi mogok makan selama tiga minggu atas hak asuh anaknya di Jepang.

Diduga ayah tersebut melakukan aksi mogok makan karena dua anaknya diculik oleh istrinya yang berkebangsaan Jepang.

Sementara itu, sepuluh diplomat Eropa juga menyatakan dukungannya kepada ayah Prancis tersebut.

Baca Juga: Sipir Israel Gelar Pesta BBQ di Penjara demi Patahkan Semangat Aksi Mogok Makan Jurnalis Palestina

Para duta besar Uni Eropa untuk Jepang akhirnya bertemu dengan Vincent Fichot yang berusia 39 tahun tersebut.

Dia melakukan aksi mogok makan dengan berkemah di stasiun kereta api dekat Stadion Nasional.

Protes dramatis yang dilakukan Fichot bertujuan untuk menarik perhatian pada penderitaan orang tua sepertinya yang ditolak atas hak asuh atau kunjungan anak-anak mereka dalam perceraian.

Baca Juga: Dokter Sebut Alexei Navalny Bisa 'Meninggal Kapan saja' Usia Aksi Mogok Makan

Jepang memang tidak seperti kebanyakan negara, di negara tersebut tidak mengakui hak asuh bersama dan anak-anak sering kehilangan kontak dengan orang tua yang tidak memiliki hak asuh.

"Ini masalah hak anak karena konvensi hak anak dengan jelas mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk berhubungan dengan kedua orang tuanya, dan itulah mengapa kami mendukung orang tua dan tentu saja, duta besar Perancis dalam kasus ini," kata Patricia Flor selaku Duta Besar Uni Eropa, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 31 Juli 2021.

"Ini juga masalah waktu untuk anak-anak karena mereka tumbuh dewasa, jadi ini mendesak," katanya kepada wartawan.

Baca Juga: Warga Palestina Tahanan Israel Akhiri Mogok Makan Setelah 103 Hari

"Ini bukan pertanyaan yang bisa kami tunggu lama-lama. Kami sangat menghargai tanggapan cepat dari pihak berwenang Jepang," katanya.

Fichot mengatakan bahwa dia telah kehilangan 14 kg berat badannya sejak memulai aksi mogok makannya pada 10 Juli.

Dia juga mengatakan jika kedua jari tangannya patah ketika pingsan pada Kamis lalu.

Baca Juga: Ditahan Pihak Israel, Tahanan Asal Palestina Kritis Setelah Mogok Makan Selama 70 Hari

Meskipun demikian, dia berbicara dengan penuh semangat selama 45 menit dengan para diplomat dari Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, dan pemerintah lainnya.

Fichot menginginkan kompensasi untuk anak-anaknya atas apa yang dia katakan sebagai pelanggaran hak-hak mereka kecuali sanksi Prancis terhadap Jepang.

"Akhir pekan lalu, atas desakan Fichot, Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berkunjung untuk Olimpiade, mengangkat masalah hak asuh dengan Perdana Menteri Yoshihide Suga secara rahasia dan secara langsung," kata Duta Besar Prancis Philippe Setton.

Baca Juga: Dianggap Tak Bisa Urus Anak karena Idap Bipolar, Marshanda: Itu Alasan Mengapa Aku Kehilangan Hak Asuh Anak

"Ini adalah masalah terutama bagi masyarakat Jepang," kata Setton.

"Terlepas dari situasi dramatis dan menyakitkan yang dialami Tuan Fichot, kami tidak ingin ikut campur dalam debat yang merupakan debat Jepang," katanya.

Fichot mengatakan dia mengakui bahwa Prancis tidak dapat mengganggu sistem peradilan Jepang.

Baca Juga: 4 Tahun Berjuang Dapatkan Hak Asuh Anak, Tsania Marwa: Semoga Kalian Percaya Umi Selalu Perjuangkan Kalian

"Saya mengharapkan sanksi setidaknya, tetapi bagi saya, sejauh yang saya ketahui, saya berpegang teguh pada motivasi saya," katanya.

Seorang pejabat di Kementerian Kehakiman Jepang menolak mengomentari kasus tersebut.

Dia mengatakan bahwa panel ahli sedang meninjau sistem perceraian negara karena mereka menyadari ada berbagai pandangan tentang masalah itu.

Baca Juga: Minta Gisel Serahkan Hak Asuh Gempi ke Gading Marten, Komnas PA: Demi Kepentingan Terbaik Anak

Beberapa orang mengatakan mereka tidak mendapatkan tunjangan anak, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka tidak dapat bertemu dengan anak-anak mereka.

Sebelumnya pada  2019, Menteri Kehakiman Yoko Kamikawa mengatakan bahwa secara umum Jepang menganggap penting untuk kepentingan anak-anak bahwa ayah dan ibu dapat terlibat dalam merawat anak-anak setelah perceraian.

Sedangkan Istri Fichot, Maiko Fichot mengatakan melalui pengacaranya bahwa dia ingin informasi pribadinya dilindungi.

"Karena ini adalah kasus perceraian antara individu pribadi, saya ingin informasi pribadi saya dilindungi. Saya tidak berniat berkelahi di luar ruang sidang atau membuat komentar lebih lanjut," kata pengacara Maiko.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x