Takut Ditangkap dan Disiksa Taliban, LGBT Afghanistan Berusaha Kabur ke Luar Negeri

- 22 Agustus 2021, 10:18 WIB
Kelompok LGBT di Afghanistan dilaporkan mencoba melarikan diri dari negara tersebut karena takut ditangkap oleh Taliban yang berhasil Kembali menguasai negara itu setelah 20 tahun lamanya.
Kelompok LGBT di Afghanistan dilaporkan mencoba melarikan diri dari negara tersebut karena takut ditangkap oleh Taliban yang berhasil Kembali menguasai negara itu setelah 20 tahun lamanya. /Al Jazeera.

“Negara mana pun, tapi tidak di sini. Tinggal di sini tidak berarti apa-apa bagi kami,” tambah mahasiswa berusia 21 tahun tersebut.

Dirinya menambahkan bahwa saat ini masih banyak LGBT di Afghanistan yang bersembunyi di rumahnya dan takut keluar rumah karena khawatir ditangkap oleh Taliban.

Baca Juga: Pakar Imbau Rakyat Tak Galang Simpatisan Konflik Afghanistan-Taliban: Jangan Sampai Rusak Persatuan Indonesia

“Mereka bersembunyi di dalam ruangan, lumpuh oleh ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di jalan, dengan beberapa rute keluar terbuka di tengah pemandangan bandara yang kacau,” katanya.

Rainbow Railroad, kelompok advokasi LGBT yang berbasis di Kanada telah mendesak kekuatan dunia untuk membantu pengungsi LGBT Afghanistan.

"Sikap publik terhadap orang-orang LGBT sangat negatif, yang membuat anggota komunitas LGBT merahasiakan identitas gender dan orientasi seksual mereka karena takut akan pelecehan, intimidasi, penganiayaan, dan kematian," katanya.

Baca Juga: Ngabalin Imbau Rakyat Tak Terprovokasi Isu Taliban Sudah Berubah: Ingat, Dia Masih Teroris Internasional

"Sekarang, dengan kembalinya Taliban, ada ketakutan yang dapat dimengerti bahwa situasinya akan memburuk," tambahnya.

Nemat Sedat, novelis gay Afghanistan yang berbasis di Afghanistan mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa dia telah dihubungi oleh lebih dari 100 LGBT Afghanistan yang putus asa untuk melarikan diri.

Pria yang meninggalkan tanah airnya pada usia lima tahun, kemudian mengajar di sebuah universitas di Afghanistan dari 2012 hingga 2013 tersebut mengatakan bahwa mereka ketakutan dibunuh Taliban.

Halaman:

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah