Buru-buru Tarik Pasukannya dari Afghanistan, AS Khawatirkan Ancaman Al Qaeda

- 22 September 2021, 07:28 WIB
AS mengaku ketakutan terhadap ancaman Al Qaeda menyusul penarikan seluruh pasukan AS dari Afghanistan pada bulan lalu.
AS mengaku ketakutan terhadap ancaman Al Qaeda menyusul penarikan seluruh pasukan AS dari Afghanistan pada bulan lalu. /Stringer/Reuters

PR BEKASI – Pejabat tinggi keamanan Amerika Serikat (AS) khawatir terhadap potensi ancaman dari Al Qaeda menyusul penarikan pasukan dari Afghanistan bulan lalu.

Diketahui, badan-badan intelijen AS saat ini sedang menilai kembali ancaman yang berkembang pesat dari kelompok-kelompok pejuang di Afghanistan.

Hal tersebut dikatakan oleh direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS, Christine Abizaid pada Komite Keamanan Dalam Negeri Senat, Selasa, 22 September 2021.

Baca Juga: POPULER HARI INI: AS Banyak Ngutang ke China hingga Lesbian Afghanistan Terpaksa Berdandan Seperti Lelaki

“Afghanistan adalah lingkungan yang sangat dinamis saat ini,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Rabu, 22 September 2021.

Pusat Kontraterorisme Nasional AS didirikan setelah serangan Al Qaeda 11 September 2021 lalu,

Mereka bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi dari semua agen mata-mata AS tentang potensi ancaman terhadap AS dari Al Qaeda dan kelompok-kelompok ISIS-K.

"Adalah adil untuk menilai bahwa pengembangan kemampuan operasi eksternal kelompok-kelompok itu kita harus memantau dan menilai apakah itu akan terjadi lebih cepat dari yang kita perkirakan sebelumnya," kata Abizaid.

Baca Juga: Taliban: Perempuan Afghanistan Harus Tunggu Lebih Lama Untuk Kembali ke Sekolah

Sebelum penarikan militer AS, CIA dan Badan Intelijen Pertahanan sebelumnya telah memperingatkan para pembuat kebijakan AS bahwa Al Qaeda akan dapat menyusun rencana kembali di Afghanistan dalam waktu satu sampai tiga tahun.

“Ancaman dari Afghanistan adalah prioritas utama kami dalam kaitannya dengan lanskap dinamis yang mungkin dihadirkan,” kata Abizaid.

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada Senat bahwa pejabat FBI berbagi keprihatinan tentang kemungkinan AL Qaeda mendapatkan kembali tempat berlindung yang aman di Afghanistan dan ISIS-K dapat beroperasi lebih bebas.

Baca Juga: India Sita Heroin Senilai Rp38 Triliun dari Afghanistan di Tengah Pengambilalihan Taliban

“Kami khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan yang berfungsi sebagai semacam katalis atau inspirasi untuk serangan teroris di tempat lain di kawasan itu," kata Wray.

Di antara kekhawatiran FBI, Wray mengatakan penunjukan pemimpin Taliban yang berafiliasi dengan Jaringan Haqqani ke posisi pemerintah.

Sirajuddin Haqqani, putra pendiri Jaringan Haqqani, ditunjuk sebagai menteri dalam negeri Afghanistan oleh Taliban.

Baca Juga: Taliban Pecah Padahal Baru Kuasai Afghanistan, 2 Kubu Ribut Gegara Jabatan Kabinet Baru

Khalil-ur-Rahman Haqqani, seorang pemimpin kelompok Haqqani, diangkat menjadi menteri pengungsi dalam pemerintahan sementara baru Taliban .

Sirajuddin Haqqani masuk dalam daftar buronan FBI sehubungan dengan pengeboman sebuah hotel di Kabul, Afghanistan pada 2008.

AS telah menawarkan hadiah sebesar 10 juta dolar atau senilai Rp142.5 miliar untuk siapa saja yang mengetahui keberadaannya.

"Cara kami meninggalkan Afghanistan dengan cara terburu-buru yang kacau telah menciptakan ancaman yang ditingkatkan", kata Senator Rob Portman dari Partai Republik.

Baca Juga: Perempuan Lesbian Afghanistan Ini Terpaksa Dandan Seperti Pria, Beberkan Cara Kabur dari Taliban

“Kami mengakhiri perang terpanjang, tetapi dengan cara lain, kami membuat segalanya lebih berbahaya,” tambahnya,

Pejuang Taliban diketahui telah menghadapi sedikit perlawanan menyapu negara itu pada bulan lalu.

Taliban membentuk pemerintahan baru setelah pemerintah yang didukung Barat di Kabul runtuh ketika mantan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri pada 15 Agustus 2021.

AS terpaksa buru-buru menutup kedutaannya dan melakukan evakuasi darurat terhadap puluhan ribu warga AS dan warga sipil Afghanistan yang takut akan pembalasan Taliban.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x