Kritik tersebut menggunakan adopsi definisi rasisme yang sangat kontroversial, yang dikenal sebagai Definisi Holocaust Internasional anti-Yahudi.
Tujuh dari sebelas contoh anti-Yahudi menggabungkan kritik terhadap Israel dengan anti-Yahudi.
Para kritikus berpendapat bahwa penerapannya memiliki efek mengerikan pada semua lapisan masyarakat terutama di universitas dan kampus.
Kedua profesor Universitas Carolina Utara itu mengungkapkan, selain intervensi dari pemerintah Israel, pihak universitas juga menghadapi tekanan dari anggota DPR AS.
Menurut Broderick, ini bukan fenomena baru ketika pihak luar mencoba membungkam kebebasan akademik dalam hal ini.
"Orang-orang ini tidak pernah melihat saya mengajar, tidak pernah melihat evaluasi masa lalu saya, dan tidak memiliki hak untuk mendikte apa yang saya katakan," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Middle East Monitor, Sabtu, 2 Oktober 2021.
Menurutnya, perwakilan dari pemerintah asing yang berusaha mengawasai kelas akademis adalah sebuah tindakan konyol.
Hal ini jelas merupakan reaksi berlebihan terhadap apa yang pada dasarnya merupakan masalah yang dimulai di Twitter.
Baca Juga: Irak Keluarkan Perintah Penangkapan Terhadap Pendukung Normalisasi Hubungan dengan Israel
"Saya juga berpikir, aneh bahwa konsulat jenderal Israel diberikan audiensi. Jika ini adalah kelas di Hungaria atau Australia, apakah universitas akan mengizinkan upaya campur tangan pemerintah asing?” katanya.
“Fakta bahwa pertemuan ini terjadi sama sekali jelas ancaman bagi kebebasan akademik," tambah dosen itu.***