pada tahun yang sama, ibunya jatuh sakit dan ia terpaksa putus sekolah.
Pada 1954, Jihad Buttu menikah dan memiliki lima anak.
Namun, semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam. Ia mengambil beberapa kursus bahasa, yaitu bahasa Arab, Inggris, dan Ibrani, serta kursus matematika.
Semangat belajar Jihad Buttu tidak sampai disitu, ia kemudian mendaftar di perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar sarjana di usia senjanya.
“Saya belajar keras dan berjam-jam di malam hari,” kata Buttu. Kerja kerasnya untuk meraih pendidikan tertinggi telah dilakukannya, dan ia berhasil memperoleh gelarnya pada usia 85 tahun," kata Jihad Buttu.
“Saya akan mengajarkan apa yang saya pelajari kepada orang-orang di sekitar saya. Apa gunanya ilmu jika saya simpan hanya untuk diri saya sendiri, saya ingin mengajarkan kepada orang lain agar mereka juga mendapatkan manfaatnya," kata Jihad Buttu, melanjutkan.
Jihad Buttu menilai bahwa Pendidikan dan belajar sangatlah penting, sehingga harus diperjuangkan meskipun di usia lanjut.***