Perubahan Iklim Sebabkan Hutan Jadi Penghasil Karbon, Sumatra di Urutan Pertama

- 28 Oktober 2021, 17:39 WIB
Hutan hujan tropis Sumatra menjadi salah satu dari sepuluh hutan warisan dunia yang menjadi penghasil emisi karbon bersih selama 20 tahun terakhir yang disebabkan perubahan iklim.
Hutan hujan tropis Sumatra menjadi salah satu dari sepuluh hutan warisan dunia yang menjadi penghasil emisi karbon bersih selama 20 tahun terakhir yang disebabkan perubahan iklim. /WWF

 

PR BEKASI – Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah mengubah sepuluh hutan warisan dunia menjadi penghasil emisi karbon bersih selama 20 tahun terakhir, menurut sebuah laporan baru.

Dari daftar sepuluh hutan tersebut, hutan hujan tropis di Sumatra berada di urutan pertama penghasil emisi karbon.

Diketahui, hutan hujan tropis Sumatra masuk ke dalam daftar tersebut karena maraknya pembukaan lahan, deforestasi, serta kebakaran hutan dengan skala dan keparahan yang meningkat.

Hal tersebut membuat hutan melepaskan lebih banyak karbon ke udara daripada yang disimpan.

Baca Juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim: Meningkatnya Penyakit Menular hingga Tingginya Kasus Bunuh Diri

Temuan tersebut diketahui berdasarkan hasil studi oleh UNESCO, World Resources Institute, dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Selain hutan hujan tropis Sumatra, hutan warisan dunia lainnya yang berkontribusi terhadap emisi karbon adalah Taman Kinabalu di Malaysia, dan Blue Mountains di Australia.

Tak hanya itu, taman nasional Yosemite dan Grand Canyon di Amerika Serikat juga merupakan penghasil emisi bersih.

Menurut Tales Carvalho Resende dari UNESCO dan rekan penulis laporan temuan membuktikan bahwa beberapa hutan lindung paling ikonik dan terbaik benar-benar dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Baca Juga: Rumah Ratu Elizabeth II, Istana Buckingham Terancam Banjir Jika Perubahan Iklim Tidak Segera Ditangani

“Itu sangat mengkhawatirkan dan mengungkap bukti parahnya perubahan iklim ini,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 28 Oktober 2021.

Para peneliti menggunakan pemetaan satelit global dengan pemantauan permukaan tanah untuk memperkirakan karbon kotor dan bersih yang diserap dan dipancarkan oleh hutan warisan dunia antara 2001-2020, dan untuk menentukan penyebab beberapa emisi.

Mereka menemukan secara keseluruhan bahwa hutan warisan dunia menyerap setara dengan sekitar 190 juta ton karbon dioksida dari atmosfer setiap tahun, yang setara dengan sekitar setengah emisi tahunan Inggris dari bahan bakar fosil.

Tetapi mereka juga menemukan bahwa beberapa situs, meskipun sisa penyerap karbon bersih secara keseluruhan, menunjukkan lonjakan atau lintasan emisi yang jelas yang mengancam kekuatan penyerap di masa depan.

Baca Juga: Penelitian Terbaru Ungkap Istana Buckingham Akan Tenggelam Dua Lantai Akibat Perubahan Iklim

“Kami sekarang memiliki gambaran paling rinci hingga saat ini tentang peran penting hutan di situs Warisan Dunia dalam mengurangi perubahan iklim. Semua hutan harus menjadi aset dalam perang melawan perubahan iklim,” katanya.

Ada 257 hutan warisan dunia di seluruh dunia, yang mencakup area gabungan seluas 69 juta hektar dan mewakili beberapa ekosistem yang paling beragam di dunia.

Mereka tidak hanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer, tetapi juga menyimpan sejumlah besar karbon sekitar 13 miliar ton, lebih banyak dari karbon dalam cadangan minyak terbukti Kuwait, menurut laporan tersebut.

Para peneliti memperingatkan fragmentasi dan degradasi lanskap yang berkelanjutan sebagai akibat dari aktivitas manusia kemungkinan akan menyebabkan kebakaran hutan terkait iklim yang lebih sering dan intens.

Baca Juga: Negaranya Terancam Tenggelam, Vanuatu Dorong Pengadilan Internasional Tindak Perubahan Iklim

Mereka juga mendesak pemerintah untuk memperkuat perlindungan dan meningkatkan pengelolaan lahan di hutan warisan dunia serta daerah sekitarnya. .

Sementara itu, Tim Badman, Direktur Program Warisan Dunia IUCN, mengatakan dalam sebuah pernyataan juga merekomendasikan perlindungan hutan untuk diintegrasikan ke dalam strategi iklim dunia.

“Melindungi hutan warisan dunia dari meningkatnya fragmentasi dan meningkatnya ancaman akan menjadi pusat kemampuan kolektif kita untuk mengatasi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati,” katanya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah