Ekonomi Afghanistan Diambang Keruntuhan, Taliban Desak Berbagai Pihak Cairkan Dana Keuangan Bank Sentral

- 29 Oktober 2021, 19:05 WIB
Ilustrasi pasukan Taliban. Taliban desak berbagai pihak cairkan dana keuangan bank sentral seiring ekonomi Afghanistan diambang keruntuhan.
Ilustrasi pasukan Taliban. Taliban desak berbagai pihak cairkan dana keuangan bank sentral seiring ekonomi Afghanistan diambang keruntuhan. /Reuters/Stringer/

 

PR BEKASI - Kondisi keuangan Afghanistan melemah sejak dikuasai Taliban.

Tak hanya itu, Afghanistan tengah mengalami krisis di berbagai sektor.

Selanjutnya pemerintah Taliban mendesak dana bank sentral Afghanistan senilai miliaran dolar dicairkan.

Seperti diketahui bahwa saat ini Afghanistan sedang dilanda krisis uang tunai, kekeringan, kelaparan massal, dan migrasi baru.

Baca Juga: Tak Boleh Sekolah oleh Taliban, Ratusan Perempuan Afghanistan Daftar Program Belajar Online

Hak dan Kebebasan Pendidikan bagi perempuan di Afghansitan juga dibatasi.

Hal itu membuat sejumlah pihak menilai bahwa Taliban telah berbuat tidak adil.

Afghanistan memarkir aset miliaran dolar di luar negeri antara lain di bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Uang tersebut dibekukan sejak Taliban berkuasa kembali pada Agustus 2021 lalu.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, 90 Persen Jurnalis di Afghanistan Alami Kekerasan

"Uang itu milik negara Afghanistan. Berikan uang kami sendiri," kata juru bicara Kementerian Keuangan Ahmad Wali Haqmal, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Jumat, 29 Oktober 2021.

"Membekukan uang ini tidak etis dan bertentangan dengan semua hukum dan nilai internasional," katanya, melanjutkan.

Baru-baru ini seorang pejabat tinggi bank sentral meminta negara-negara Eropa termasuk Jerman untuk mencairkan sebagian cadangan dana Afghanistan.

Hal tersebut dilakukannya mengingat kondisi keuangan Afghansitan tengah diujung ancaman keruntuhan ekonomi.

Diketahui bahwa krisis ekonomi tersebut dapat memicu adanya migrasi massal ke Eropa.

Baca Juga: Taliban Buka Lowongan Kerja, Tapi Akan Dibayar dengan Gandum Bukan Uang Tunai

"Situasinya kami sedang putus asa, jumlah uang tunai berkurang," kata Shah Mehrabi, anggota dewan Bank Sentral Afghanistan.

Shah Mehrabi mengatakan ada cukup uang tunai milik Afghanistan yang bila dicairkan akan cukup hingga akhir tahun.

"Eropa akan terkena dampak paling parah, jika Afghanistan tidak mendapatkan akses ke uang ini," kata Shah Mehrabi.

"Orang akan putus asa karena tidak bisa menemukan roti dan tidak mampu membelinya, mereka akan pergi ke Eropa," katanya.

Selanjutnya, Hamqal berjanji perempuan di Afghanistan akan diizinkan mendapat pendidikan meski tak berada di ruang yang sama dengan laki-lakis sesuai hukum Islam.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, Anak-anak Afghanistan Mati Kelaparan Hampir Setiap Hari

Namun, Taliban bersikukuh menolak dengan tegas untuk tidak mementingkan hak LGBT.

"LGBT itu bertentangan dengan hukum Syariah kami," katanya, menegaskan.

Mehrabi berharap negara-negara Eropa mau mengucurkan dana bank sentral Afghanistan, meski AS menolaknya. Jerman misalnya saat ini menguasai 500 juta dolar AS uang Afghanistan.

Mehrabi menjelaskan bahwa Afghanistan membutuhkan sekira 150 juta dolar AS setiap bulan untuk mencegah krisis yang akan segera terjadi, menjaga mata uang lokal dan harga tetap stabil, setiap transfer dapat dipantau oleh auditor.

"Jika cadangan dana tetap dibekukan maka importir Afghanistan tidak mampu membayar barang yang diimpor, bank akan mulai runtuh, makanan langka, toko kelontong akan kosong," kata Mehrabi.

Baca Juga: Vladimir Putin Sebut Taliban Bisa Dihapus dari Daftar Organisasi Teroris

Dia mengatakan bahwa sekira 431 juta dolar AS cadangan bank sentral disimpan dengan pemberi pinjaman Jerman Commerzbank, serta sekira 94 juta dolar AS lebih berada di bank sentral Jerman, Bundesbank.

Bank for International Settlements, sebuah grup payung untuk bank sentral global di Swiss, memegang sekira 660 juta dolar AS.

Namun, ketiga bank itu menolak berkomentar ketika ditanya mengenai hal tersebut.

Kini Taliban tak mampu menggaji pegawai negeri karena tak ada uang ditambah adanya bencana kekeringan memicu kelaparan di desa maupun di kota.

Hingga saat ini belum ada kepastian dari Taliban dalam menghadapi kondisi Afghanstan yang mengancam warganya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah