Media Asing Soroti Sri Mulyani, Minta Bantuan Dana Internasional untuk Pensiunkan Pembangkit Listrik Batu Bara

- 3 November 2021, 12:41 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengumumkan rencana terperinci terkait energi bersih dan penghapusan batu bara pada 2040.
Menkeu Sri Mulyani mengumumkan rencana terperinci terkait energi bersih dan penghapusan batu bara pada 2040. /REUTERS/Kham



PR BEKASI - Media asing Reuters soroti Indonesia terkait penghapusan batu bara secara bertahap pada 2040.

Menteri Keuangan mengatakan bahwa Indonesia dapat menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada 2040.

Jika mendapat bantuan keuangan yang cukup dari masyarakat internasional.

Baca Juga: Xi Jinping Janji Tak Akan Bangun Proyek Batu Bara, Soroti Perubahan Iklim dan Hubungan Internasional

“Kalau kita mau maju sampai 2040, maka kita perlu dana untuk pensiunkan batu bara lebih awal dan untuk membangun kapasitas baru energi terbarukan,” kata Sri Mulyani, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 3 November 2021.

"Itulah yang sekarang menjadi inti isu dan saya sekarang sebagai menteri keuangan menghitung apa artinya pensiun batu bara lebih awal. Berapa biaya kita?" tambahnya.

Kepulauan Asia Tenggara merupakan negara terpadat keempat di dunia dan penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan.

Baca Juga: Tega! Kim Jong Un Paksa Anak-anak Yatim Piatu Jadi 'Sukarelawan' Tambang Batu Bara di Korea Utara

Dengan batu bara membentuk sekitar 65 persen dari bauran energinya.

Hal ini yang juga menjadikan Asia Tenggara sebagai pengekspor batu bara terbesar di dunia.

Dalam kunjungannya di kota Glasgow di Skotlandia untuk konferensi COP 26, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia akan mengumumkan rencana terperinci terkait energi bersih.

Baca Juga: Bahaya Batu Bara Dihapus dari Limbah B3, KLHK: Keputusan Kami Bukan karena Dipaksa Orang

Di mana rencana itu diumumkan untuk beralih ke energi yang lebih bersih, dengan penghapusan batubara menjadi isu utama.

Sebelumnya, Indonesia juga mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk menghentikan penggunaan batu bara untuk listrik pada 2056.

Sebagai bagian dari rencana untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada 2060 atau lebih awal.

Baca Juga: Virus Corona Berikan Peluang Ekspor Batu Bara Bagi Indonesia

Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu mengatakan kepada parlemen Inggris bahwa Presiden Jokowi telah mengatakan Indonesia akan memajukan penghapusan penggunaan batu bara hingga 2040.

Indonesia sebelumnya juga belum mengkonfirmasi rencana tersebut.

Sri Mulyani mengatakan bahwa untuk memenuhi target tersebut tergantung pada mendapatkan bantuan keuangan dari lembaga multilateral, sektor swasta dan negara-negara maju.

Baca Juga: Bikin Bangga, Teknologi Batu Bara Buatan Wiraswasta Indonesia Diakui di AS

Dia mengatakan bahwa rencana yang akan diumumkan pada Rabu ini memindahkan target iklim Indonesia di luar retorika ke dalam rincian teknis.

Serta bahwa Asian Development Bank (ADB) dan lembaga keuangan lainnya tampak sangat bersemangat dengan ide-ide mereka.

ADB merupakan peemimpin sekelompok lembaga keuangan untuk menyusun rencana untuk mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia, termasuk di Indonesia, dengan membeli aset dan menghentikannya.

Baca Juga: Bupatinya Kena OTT KPK, Sri Mulyani Bongkar Sederet Fakta Menyedihkan Kesejahteraan di Kabupaten Probolinggo

Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia juga akan membutuhkan dukungan internasional untuk memastikan listrik tetap terjangkau ketika beralih ke sumber terbarukan.

"Jika ini semua seharusnya dibiayai dari uang pembayar pajak saya, itu tidak akan berhasil," katanya.

"Dunia bertanya kepada kita, jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan dunia untuk membantu Indonesia," ucapnya.

Baca Juga: Sri Mulyani Tambah Anggaran Kartu Prakerja Rp10 Triliun, Fadli Zon: Buang-buang Uang, Pelatihan Bisa Gratis

"Presiden selalu mengatakan, 'Saya akan ambisius jika (masyarakat) internasional juga sejalan dengan ambisi ini'," tambahnya.

Di sisi lain, Jakarta telah mengidentifikasi 5,5 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara yang dapat dipensiunkan lebih awal dalam 8 tahun ke depan, yang diperkirakan akan menelan biaya $25 miliar (Rp357 triliun) hingga $30 miliar (Rp428 triliun).***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x