Petani Afghanistan: Taliban Tidak Bisa Mendanai Perang Jika Tidak Ada Opium

- 23 November 2021, 09:00 WIB
Seorang pria Afghanistan bekerja di ladang opium di Kandahar, Afghanistan.
Seorang pria Afghanistan bekerja di ladang opium di Kandahar, Afghanistan. /REUTERS/Stringer

PR BEKASI - Pengumuman bahwa Taliban berencana melarang produksi opium di Afghanistan tidak mengganggu pedagang yang sudah lama berkecimpung di industri itu.

Menurut salah satu pedagang opium Ahmed Khan mengatakan bahwa dia telah menjual opium selama seperempat abad.

Ahmaed Khan dalam pernyataannya sangat yakin bahwa Taliban tidak akan mampu menghentikan perdagangan opium.

Baca Juga: Bank Afghanistan Diambang Kehancuran lantaran Likuiditas Dinilai Buruk, PBB Beri Peringatan pada Taliban

"Mereka tidak dapat mendanai perang jika tidak ada opium," kata Ahmed Khan, yang beroperasi di Baramcha, dekat perbatasan dengan Pakistan, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian.

"Akan ada reaksi dari petani oipium, bandar narkoba, dan masyarakat jika Taliban melarang produksi opium," katanya.

Selain itu, menurut Ahmed Khan, dalam hal ini Taliban adalah kelompok yang paling diuntungkan dari produksi opium selama 20 tahun ini.

Baca Juga: Taliban Akhirnya Bayar Gaji Pegawai Pemerintah Afghanistan Selama Tiga Bulan Terakhir

Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 80 persen dari produksi global antara 2015 dan 2020, dan menghasilkan jutaan dolar setiap tahun.

Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), diperkirakan 6.300 ton opium dipanen di Afghanistan tahun lalu, jumlah yang dapat menghasilkan hingga 290 ton heroin murni.

Jumlah lahan yang diberikan untuk produksi opium naik lebih dari sepertiga antara 2019 dan 2020, menjadi 224.000 hektar (553.516 hektar).

Baca Juga: Tak Punya Uang Untuk Gaji Dokter dan Perawat, Taliban Terancam Bawa Afghanistan Menuju Bencana Kesehatan

Namun dalam konferensi pers pertamanya setelah Taliban berkuasa pada Agustus, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengumumkan produksi obat-obatan itu akan dihentikan.

“Mulai sekarang, tidak ada yang akan terlibat (dalam perdagangan heroin), tidak ada yang bisa terlibat dalam penyelundupan narkoba,” kata Zabihullah Mujahid.

Pengumuman itu segera melihat harga opium hampir dua kali lipat, dari 445 euro untuk 4,5kg menjadi 810 euro," kata Ahmed Khan.

Baca Juga: Taliban Sebut ISIS di Afghanistan Bukan Ancaman Besar, Kini Sudah di Bawah Kendali Mereka

“Tapi sekarang para pedagang tahu itu tidak akan dilarang, harga telah turun menjadi 510 euro," kata Khan.

Dirinya memprediksi “akan ada ledakan dalam perdagangan opium” sekarang Taliban kembali berkuasa.

Bukan hanya Ahmed Khan yang tidak percaya bahwa Taliban akan melarang produksi Opium.

Baca Juga: Buntut Kabur dari Taliban, Perempuan Afghanistan Melahirkan di Penampungan Inggris tanpa Bantuan Bidan

Dengan runtuhnya ekonomi dan kekeringan mendorong jutaan orang kelaparan, pejabat Taliban di selatan memperingatkan tidak ada alternatif yang layak bagi petani.

“Petani dihadapkan pada ancaman kekeringan yang membayangi. Lahan pertanian dan kebun buah-buahan sangat terpengaruh dan itu akan memaksa banyak petani menanam opium karena itu adalah satu-satunya sumber kehidupan,” Abdul Ahad, gubernur provinsi Helmand, tempat sebagian besar opium ditanam.

Baca Juga: Ganti dengan Replika Al-Quran, Taliban Bongkar Patung Tokoh Syiah Afghanistan di Bamiyan

Dia melanjutkan, jika masyarakat internasional tidak menerima tuntutan warga sipil dan pemerintah, para petani akan kembali menanam opium karena kami tidak punya pilihan lain.

“Masyarakat internasional harus membantu membuat bendungan, menyediakan benih dan membantu petani menanam tanaman lain.”***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah