Gempur Afghanistan sejak 2006, Amerika Serikat Catat Bom Terbanyak Jatuh pada Tahun 2019

- 29 Januari 2020, 13:36 WIB
SEORANG Anak Muda Selamat dari Pengeboman Militer Amerika Serikat.*
SEORANG Anak Muda Selamat dari Pengeboman Militer Amerika Serikat.* /The Guardian/

PIKIRAN RAKYAT - Sejak 2006, Pentagon telah mencatat jumlah bom yang dijatuhkan ke Afghanistan sebagai refleksi mengenai usaha yang Amerika Serikat lakukan dalam operasi melawan Republik Islam tersebut.

Militer Amerika mencetak rekor pengeboman terbanyak ke Afganistan pada tahun 2019.

Tercatat 7.423 bom dan senjata balistik lainnya yang diluncurkan oleh pesawat pengebom Amerika Serikat.

Angka tersebut meningkat delapan kali lipat jika dihitung sejak 2015.

Baca Juga: WHO Akui Salah Nilai Risiko Virus Corona

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian, jumlah pengeboman yang semakin banyak mengakibatkan jumlah korban sipil meningkat.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat bahwa bulan Juli tahun 2019 menjadi bulan dengan korban sipil terbanyak sejak 2009.

Baik militer Amerika Serikat maupun kelompok Taliban sama-sama meningkatkan serangan satu sama lain pada tahun 2019.

Peningkatan serangan tersebut terjadi karena Donald Trump membatalkan negosiasi perdamaian secara sepihak.

Baca Juga: Ramai-ramai Laporkan Kerajaan Palsu ke Polisi, Petinggi Sunda Empire Resmi Ditahan

Negosiasi perdamaian tersebut ditarik karena Trump menganggap serangan bunuh diri Taliban yang menewaskan seorang tentara Amerika sebagai pengkhianatan terhadap niat baik Amerika Serikat.

Angka tersebut sempat menurun karena Pemerintahan Obama telah mempersempit kriteria lokasi yang dapat dijatuhi bom oleh militer Amerika Serikat.

Hal tersebut mengakibatkan mengecilnya angka pengeboman pada tahun 2015.

Pemerintahan Trump kembali memperluas kriteria, yang menyebabkan pengeboman lebih banyak dan lebih luas.

Baca Juga: Khawatir dengan Banyak Sekolah Roboh, Nadiem Makarim Anggarkan Dana Rp 843 Miliar untuk Perbaikan Sekolah Tahun 2020

Direktur Kelompok Penanganan Krisis Internasional cabang Asia, Laurel Miller menyebutkan bahwa langkah Amerika Serikat merupakan sebuah kecerobohan.

“Militer Amerika Serikat salah jika berpikir bahwa mereka dapat mengubah arah politik dengan menjatuhkan lebih banyak bom ke Afghanistan,” ucapnya.

“Peningkatan serangan udara ini juga berdampak negatif karena hal itu berdampak langsung pada peningkatan jumlah korban sipil,” Miller menambahkan.

Petugas Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Frances Brown mengkritisi keputusan militer tersebut.

Baca Juga: Hari Terakhir Layanan Jemput Bola Disdukcapil Kabupaten Bekasi, Catat Tempat dan Persyaratannya

“Militer AS sangat berharap untuk meningkatkan posisi mereka dengan cara meningkatkan serangan ke Taliban.

"Taliban pun memiliki cara pandang yang sama, berharap untuk meningkatkan daya tawar mereka di hadapan AS dengan cara melakukan serangan lebih banyak.

"Dampak yang terjadi adalah meningkatnya korban pada caturwulan ketiga tahun 2019,” ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Terowongan Nanjung di Tengah Kepungan Banjir Kabupaten Bandung

“Pemerintahan Trump tidak memiliki strategi negosiasi politik yang jelas,” Brown menambahkan.

“Usaha utusan AS yang bersusah payah bernegosiasi pada tahun 2019 direbut begitu saja oleh Presiden Trump, membuat proses negosiasi selanjutnya semakin rumit,” ujar penyeru perdamaian internasional tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x