"Saya sama sekali tidak terkejut dengan kemenangan yang saya raih," kata Marie Cau.
Sebagai seorang insinyur, dia mendeskripsikan sosoknya sebagai bos perusahaan yang mempunyai minat terhadap pertanian dan lingkungan.
Wali kota baru itu menerangkan, penduduk yang memilihnya karena mereka sepakat dengan program pertanian berkelanjutan, ekonomi lokal, dan lingkungan yang diusungnya.
"Warga tidak memilih saya karena transgender. Mereka memilih karena program dan nilai. Rakyat ingin perubahan," jelas Cau.
Baca Juga: Terkait Wawancara dengan Siti Fadilah, Deddy Corbuzier: Tak Ada Unsur Politik, Hoaks, dan Provokasi
Cau akan segera menjabat, dengan tantangannya adalah virus corona yang tengah mewabah. Namun, sang pejabat publik itu mengaku tak risau.
Sebab, dia sudah mempunyai tim impian untuk menunjang segala program kampanyenya, di mana tim itu berasal dari kelompok umur, gender, ataupun asal yang beragam.
Pernyataan Cau bahwa dia dipilih bukan karena status fisiknya dibenarkan Herve Fontanel, salah satu warga Tilloy-Lez-Marchiennes.
"Dia sudah tinggal di sini selama 20 tahun. Jadi kami tahu bagaimana dia bekerja. Jika dia mampu membangun ikatan, begitu juga dengan Tilloy!," tuturnya.
La visibilité trans, et donc la lutte contre la transphobie, passe aussi par l'exercice de responsabilités politiques ou publiques.
Félicitations à Marie Cau ! #démocratie #LGBT+ https://t.co/1QEap6redr— ???????? MarleneSchiappa (@MarleneSchiappa) May 24, 2020
Baca Juga: Usai Diterapkan Selama Dua Bulan, Arab Saudi Cabut Aturan Jam Malam pada Juni Mendatang