Keluarkan Peringatan Mengerikan Tentang Bencana Iklim, Ilmuwan NASA Menahan Tangis

- 17 April 2022, 12:10 WIB
Ilustrasi. Belum lama ini ilmuwan NASA beri peringatan soal bencana terkait perubahan iklim.
Ilustrasi. Belum lama ini ilmuwan NASA beri peringatan soal bencana terkait perubahan iklim. /Pexels/George Desipris/

PR BEKASI – Seorang ilmuwan NASA menahan air matanya baru-baru ini saat mengeluarkan peringatan mengerikan tentang bencana yang akan datang yang dihadapi umat manusia.

Diketahui ilmuwan NASA bernama Peter Kalmus tersebut pada Minggu lalu mengatakan bahwa saat ini manusia tengah berada di ambang kehancuran akibat bencana iklim.

Dirinya diketahui mengatakan hal tersebut dalam sebuah aksi protes besar yang diselenggarakan oleh kelompok Scientist Rebellion, saat lebih dari 1.000 ilmuwan ikut serta dalam protes di seluruh dunia atas kelambanan global terhadap perubahan iklim.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1047, Petunjuk Soal Kedatangan Kurohige ke Whole Cake Island dan Wano Kuni

"Kita akan kehilangan segalanya. Dan kami tidak bercanda, kami tidak berbohong, kami tidak melebih-lebihkan," katanya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express.

"Saya di sini karena para ilmuwan tidak didengarkan. Saya bersedia mengambil risiko untuk planet yang indah ini," tambah Ilmuwan NASA.

Protes ini muncul ketika laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Diketahui, IPCC memperingatkan bahwa gas rumah kaca di seluruh dunia perlu mencapai puncaknya pada tahun 2025.

Baca Juga: Nomor Call Center Kota Bekasi untuk Kendala, dari Jalan Rusak hingga Hal Darurat

Gas rumah kaca kemudian dikurangi setengahnya dalam waktu lima tahun untuk memberi planet ini kesempatan berjuang untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Jim Skea, seorang profesor di Imperial College London dan salah satu ketua kelompok kerja di balik laporan tersebut mengatakan bahwa saat ini masyarakat dunia harus serius dalam mencegah bencana tersebut terjadi.

"Sekarang atau tidak sama sekali, jika kita ingin membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Tanpa pengurangan emisi segera dan mendalam di semua sektor, itu tidak mungkin," katanya.

Baca Juga: Perdana Menteri dan Pejabat Tinggi Inggris Dilarang Memasuki Rusia, Berikut Informasinya

Jika bumi melewati pemanasan 1,5C, maka para ilmuwan memperingatkan bahwa banyak efek kerusakan iklim akan menjadi tidak dapat diubah.

"Ini untuk semua anak di dunia, semua anak muda, semua orang masa depan. Ini jauh lebih besar dari kita semua," kata Profesor Kalmus.

"Sudah waktunya bagi kita semua untuk berdiri, dan mengambil risiko, dan berkorban untuk planet indah yang memberi kita kehidupan, yang memberi kita segalanya," tambahnya.

Baca Juga: Cara Pembuatan SKCK Online Bagi Pelamar Kerja

Ketika perang di Ukraina semakin intensif dan memperburuk krisis energi bahan bakar fosil global, banyak negara, termasuk AS, Inggris, dan Uni Eropa, telah mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi bahan bakar fosil.

Namun, laporan IPCC menjelaskan bahwa hal itu akan membuat target global 1,5C tidak dapat dijangkau.

Para ahli juga mencatat bahwa negara-negara Barat, seperti AS, Inggris, dan Uni Eropa telah bertanggung jawab atas hampir tiga perempat dari kelebihan global dalam ekstraksi sumber daya selama lima dekade terakhir.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Harga Bounty Luffy di One Piece, hingga Jadwal Tayang Spy x Family

Meskipun hanya menyumbang sebagian kecil dari populasi global, negara-negara ini telah mengekstraksi sumber daya alam paling banyak, menyebabkan degradasi lingkungan global dan membawa planet ini lebih dekat ke bencana iklim.

Perubahan iklim sangat terkait dengan tingkat pendapatan di berbagai negara karena negara-negara berpenghasilan rendah di Afrika dan Asia secara tidak proporsional menghadapi dampak perubahan iklim, meskipun menyumbang emisi paling sedikit.

Menurut Program Pembangunan PBB, negara-negara berkembang menderita 99 persen dari korban yang disebabkan oleh bencana perubahan iklim, yang meliputi banjir, hingga kekeringan.***

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah